Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Cegah Dampak Kerusakan Lingkungan, Mitigasi Realistik & Terstruktur Guna Bangun Lingkungan yang Baik

Beta Paramita mengungkapkan langkah mitigasi yang realistik dan terstruktur diperlukan dalam membangun lingkungan yang baik.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Cegah Dampak Kerusakan Lingkungan, Mitigasi Realistik & Terstruktur Guna Bangun Lingkungan yang Baik
istimewa
FGD bertajuk ‘Light Steel Based Modular House: Eco-Friendly, Energy & Cost Efficient, Strong, Light, Fast, Cooler’ di Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Founder SBCC sekaligus Associate Prof. Prodi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dr. Eng. Beta Paramita mengungkapkan langkah mitigasi yang realistik dan terstruktur diperlukan dalam membangun lingkungan yang baik.

Tujuannya, untuk mencegah dampak kerusakan lingkungan yang timbul akibat perkembangan lingkungan binaan di Indonesia.

Hal itu disampaikan Beta Paramita saat FGD bertajuk ‘Light Steel Based Modular House: Eco-Friendly, Energy & Cost Efficient, Strong, Light, Fast, Cooler’ di Jakarta. Hadir dalam kesempatan itu, perwakilan dari Kementerian PUPR.

“Menurut laporan Bank Dunia dampak Urban Heat Island, terutama bila dipertimbangkan bersamaan dengan perubahan iklim, merupakan ancaman serius dan semakin besar terhadap daya saing, kelayakan huni, dan inklusivitas kota-kota di Asia Timur," kata Dr. Eng. Beta, Kamis (16/5/2024).

"Yang mengkhawatirkan, kota-kota di Indonesia, Malaysia, dan Filipina terkena dampak UHI yang paling parah dengan rata-rata suhu permukaan tanah (Land Surfaces Temperature/LST) hingga 6,6 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan daerah pedesaan di sekitarnya,” paparnya.

Dia menjelaskan, menurut data Program Lingkungan PBB (UNEP) diperkirakan 40 persen dari konsumsi energi dan sekitar 30 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan dari lingkungan binaan.

Pembangunan perumahan merupakan salah satu contohnya.

Berita Rekomendasi

Padahal perumahan adalah tipologi arsitektur beragam yang konfigurasinya ditentukan tidak hanya oleh mereka yang merancangnya, tetapi juga oleh pemanfaatan orang-orang yang tinggal di dalamnya.

Oleh karena itu, rumah pada dasarnya adalah struktur yang dapat beradaptasi dan berkembang seiring dengan waktu dan penggunanya, serta mengalami perubahan terus-menerus yang diwujudkan dalam cara hidup.

Menurutnya, rumah yang dibangun saat ini tidak akan sama dengan rumah yang dibangun besok, sehingga perlu adanya pendekatan kritis dan mendalam terhadap perannya dalam lingkungan binaan.

“Dalam hal ini, rumah modular secara konsisten menampilkan dirinya sebagai strategi desain dinamis yang telah merevolusi perumahan konvesional, mengembangkan solusi serbaguna untuk ruang dan praktik konstruksi yang berkelanjutan," jelasnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, perumahan modular telah menjadi lahan subur untuk mengeksplorasi dan memperdalam cara menghuni ruang dan memenuhi kebutuhan manusia.


"Dari katalog rumah prefabrikasi pada abad ke-19 hingga booming perumahan pasca-Perang Dunia II, evolusinya mencerminkan proposal masa lalu dan eksplorasi konsep-konsep baru untuk masa depan yang tentunya lebih ramah lingkungan,” terangnya.

Sementara, Ketua Umum ARMI Nicolas Kesuma menerangkan, rumah modular adalah rumah dengan konstruksi bangunan khusus yang terbuat dari material rakitan pabrik.

Rumah modular dibangun dengan cara yang berbeda dari rumah biasa.

Komponen seperti dinding, jendela dan pintu, dan atap sudah diproduksi terlebih dahulu, sehingga nantinya hanya tinggal dirakit (assembly) di lokasi konstruksi tanpa menyisakan limbah.

Jenis konstruksi ini, katanya, 50 persen lebih cepat dan membutuhkan bahan hingga 50 perseb lebih sedikit, sehingga menghasilkan efisiensi biaya 50 persen dibandingkan konstruksi konvensional atau tradisional.

“Teknologi baru telah memungkinkan bangunan atau rumah modular dibangun lebih besar, lebih tinggi, dan dalam banyak desain. Unit dapat dikirim ke seluruh negeri dan dirakit di lokasi dalam hitungan hari," ucap Nicolas.

"Rumah modular Ini dibangun menggunakan sistem yang melibatkan proses berurutan yang kini menggunakan teknik modern seperti pemodelan digital 3D, sehingga memungkinkan adanya perencanaan awal untuk membuat proses lebih efisien,” bebernya.

Nicolas menambahkan, jika ditinjau dari kebutuhan pembangunan rumah di Indonesia yang terus meningkat, terutama yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, rumah modular berstruktur baja ringan (steel frame) adalah satu pilihan yang tepat.

Pasalnya, selain hemat energy pada operasional dan hemat biaya, rumah modular berstruktur baja ringan juga kuat, ringan, cepat dalam pembangunan, lebih sejuk, rendah jejak karbon dan ramah lingkungan.

Baca juga: Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Ditingkatkan Industri Semen

“Kebutuhan rumah modular berstruktur baja ringan ini juga dapat dipenuhi oleh industry baja nasional yang mana akan memberikan nilai TKDN yang cukup tinggi dan akan meningkatkan utilisasi produksi yang pada akhirnya menggerakkan roda ekonomi sesuai tujuan SDGs," terang Nicolas.

"Selain itu, dengan pemanfaatan penutup atap dan dinding yang dilapisi cat reflektif surya yang memiliki nilai SRI (Solar Reflectance Index) tinggi, efek urban heat island ini juga dapat diminimalisir,” tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas