Joe Biden Mundur dari Pilpres Amerika, Analis: Investor Wait and See Tunggu Data Ekonomi AS
Pengumuman Joe Biden mundurmelalui media sosial resminya, Minggu (21/7/2024) waktu AS atau Senin dini hari waktu Indonesia.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menilai mundurnya Joe Biden dalam pencapresan Amerika Serikat (AS) menciptkan kondisi penuh ketidakpastian.
Memanasnya politik AS membuat nilai tukar rupia cenderung akan melemah hingga penutupan Senin (22/7/2024).
“Mundurnya Biden mengakibatkan ketidakpastian pada politik di AS. Investor juga melihat kans Donald Trump untuk menang semakin besar dan kebijakan Trump dinilai dapat memicu inflasi dan suku bunga tinggi di AS,” urai Lukman dihubungi Tribun Network.
Baca juga: Terhormat Dapat Dukungan Joe Biden, Kamala Harris Siap Tempur Lawan Donald Trump di Pilpres AS
Lukman menuturkan dampak secara keseluruhan belum dapat dilihat.
Investor saat ini masih memilih ‘wait and see’ mengantisipasi data-data ekonomi AS penting minggu ini seperti pertumbuhan PDB AS dan inflasi PCE AS.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden resmi mundur dari bursa pencalonan presiden pada Pilpres 2024.
Pengumuman itu disampaikan Joe Biden melalui media sosial resminya, Minggu (21/7/2024) waktu AS atau Senin dini hari waktu Indonesia.
Joe Biden mengaku akan berfokus menyelesaikan tugasnya sebagai Presiden AS di sisa masa jabatannya.
"Meskipun saya berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin demi kepentingan terbaik partai dan negara saya jika saya mundur dan fokus hanya pada pemenuhan tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya," ungkap Joe Biden.
Politisi Demokrat itu juga mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah bekerja keras untuk melihatnya terpilih kembali sebagai Presiden AS.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Wakil Presiden, Kamala Harris.
"Dan izinkan saya mengungkapkan penghargaan tulus saya kepada rakyat Amerika atas keyakinan dan kepercayaan yang Anda berikan kepada saya," ujarnya.
Jika Wakil Presiden Kamala Harris menggantikan Biden sebagai calon dari Partai Demokrat, Harris mendapat dukungan 49-46 persen melawan Trump di kalangan semua orang dewasa dan 49-47 persen di antara pemilih terdaftar.
Dukungan Harris sedikit lebih baik daripada Biden, meskipun tidak signifikan secara statistik.
Namun debat dua minggu lalu tampaknya merugikan Biden. Sebanyak 67 persen menilai sang petahanan harus mundur dari pencalonan.