Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Menko Airlangga Klaim PMI Manufaktur Indonesia di Posisi Moderat Meski Terkontraksi pada Kuartal II

Dalam kurun waktu 6 bulan sektor otomotif ini turun sebesar 11 persen, nilai ekspornya pun turut menurun.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Menko Airlangga Klaim PMI Manufaktur Indonesia di Posisi Moderat Meski Terkontraksi pada Kuartal II
Nitis Hawaroh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2024 di Gedung Ali Wardhana, Senin (5/8/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyatakan, posisi Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada dalam posisi yang moderat, meski anjlok di bulan Juli ke level 49,3 persen.

"Kalau untuk PMI kita lihat dibandingkan beberapa negara relatif dalam posisi yang moderat. Walaupun kita terus mendorong optimisme ini harus terus didorong oleh perubahan demand ini tentunya kita harus melihat supply dan demand dari beberapa industri," kata Airlangga di Gedung Ali Wardhana, Senin (5/8/2024).

Menurut Airlangga, beberapa industri mengalami over suplly seperti industri otomotif. Dia mencatat, dalam kurun waktu 6 bulan sektor otomotif ini turun sebesar 11 persen, nilai ekspornya pun turut menurun.

"Tentu kita juga bisa melihat perkembangan sektor di industri EV yang membutuhkan infrastruktur, dan di hybrid kemarin sempat mereka menunggu ada kebijakan baru atau tidak. Jadi memang ada menunggu namun pemerintah terus dengan kebijakan," jelas Airlangga.

Baca juga: PMI Manufaktur RI Jeblok Akibat Relaksasi Impor, Ekonom Dradjad Wibowo: Masalah Dilematis

Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan, faktor yang mendorong PMI Manufaktur Indonesia turun pada Juli 2024, salah satunya dari sisi permintaan atau demand side dari barang manufaktur yang mengalami moderasi.

Hal tersebut sebagai respons atas anjloknya nilai Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia turun ke level 49,3 persen pada Juli 2024. Sedangkan pada Juni, PMI Manufaktur
Indonesia masih ekspansif di level 50,7.

BERITA REKOMENDASI

"Yang menyebabkan penurunan adalah permintaan baru dari barang-barang manufaktur itu mengalami moderasi. Ini berarti sisi demand. Sisi demand bisa domestik tapi juga bisa ekspor," kata Sri Mulyani saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kantor Pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Sri Mulyani mengaku, pemerintah masih mengidentifikasi penyebab dari termoderasinya barang manufaktur ini. Namun, dia menilai bahwa ada perdagangan yang tidak sehat akibat produk impor.

"Karena kalau dia merasa bahwa permintaannya turun ini adalah kompetisi karena ada munculnya barang impor, ini terutama untuk barang-barang konsumsi. Jadi kita akan terus melakukan investigasi sisi demand side untuk domestik kalau luar negeri, atau permintaan yang melemah," jelasnya.

Di satu sisi, menyoal permintaan ekspor yang melemah Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah masih memiliki harapan dari India, meskipun bukan berasal dari barang manufaktur.

"Seperti tekstil, alas kaki, sehingga mungkin tidak mencerminkan katakanlah manufaktur-manufaktur yang sekarang ini lagi banyak di Indonesia yaitu terutama hilirisasi. Karena itu mungkin belum tercapture juga dan juga untuk ekspor yang sifatnya non manufaktur seperti CPO yang merupakan kuat di pasar seperti India," ucap dia.


"Jadi kita akan lihat dampaknya terhadap seluruh makroo ekonomi. Bahwa PMI meng-capture demand side yang moderat itu harus kita lihat secara detil," sambungnya.

Meski demikian, bendahara negara itu berharap turunnya PMI Manufaktur Indonesia hanya sementara. Sebab dia menilai dari sisi kepercayaan bisnis justru berbanding terbalik. Artinya ada peningkatan.

"Jadi ini harapannya positif, ini mungkin permintaanya melemah tapi optimisme mereka dari sisi bisnis dan kepercayaan bahwa demand tahun depan menguat itu memberikan harapan. Sehingga kita harapkan koreksi PMI ke zona kontraktif ini sifatnya sementara," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas