Musim Tanam Diprediksi Mundur Imbas Kekeringan, Siap-siap Stok Beras di Pasar Bakal Terdampak
Jika panen baru dimulai pada Januari dan Februari, pada saat itu pasti di pasaran belum akan tersedia beras.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi memprediksi musim tanam akan mundur imbas kekeringan yang akan melanda Indonesia hingga pertengahan September mendatang.
Adapun sebelumnya pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa kondisi kekeringan selama musim kemarau diprediksi akan mendominasi hingga September.
"Itu artinya musim tanam di musim hujan itu akan mundur mungkin sampai ke Oktober baru musim tanam. Jadi kalau Oktober baru tanam, maka Januari [2025] itu kira-kira baru akan mulai panen," kata Bayu di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2024).
Baca juga: Bulog Imbau Orang Kaya Tidak Beli Beras SPHP: Ini Buat Masyarakat Berpendapatan Menengah Bawah
Ia mengatakan, jika panen baru dimulai pada Januari dan Februari, pada saat itu pasti di pasaran belum akan tersedia beras.
Bayu menjelaskan, Januari hingga Maret diprediksi akan terjadi musim hujan. Maka dari itu, proses pengeringan akan sulit, sehingga beras baru akan tersedia di pasar kira-kira bulan Maret.
"Nanti diperkirakan akan musim hujan, mengeringkan akan sulit, maka beras mungkin baru akan ada tersedia di pasar kira-kira bulan Maret," ujarnya.
Pada saat Maret itu lah bulan Ramadhan tiba, di mana permintaan terhadap beras akan mengalami kenaikan.
Dia bilang, Bulog akan sangat mencermati dinamika ini dan berusaha memastikan stok beras tersebar di gudang-gudang di seluruh Indonesia.
"Kemudian juga memastikan [penyaluran] beras bantuan pangan yang nanti di bulan Oktober dan Desember itu bisa tersalurkan dengan baik dan juga memastikan ketersediaan beras SPHP sudah ada di dalam kantong dan di dalam kemasannya siap untuk didistribusikan," pungkas Bayu.
Pemantaun BMKG menunjukkan bahwa sebanyak 19 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Wilayah tersebut di antaranya, Aceh, Sumatera Utara, Riau, pesisir utara dan selatan Pulau Jawa, Bali bagian Selatan, NTB dan Sebagian NTT.
Kondisi kekeringan selama kemarau tersebut diprediksi akan mendominasi hingga September.
Curah hujan sangat rendah pada Agustus 2024 berpotensi terjadi di Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Pada September 2024 masih berpeluang terjadi di Jawa, Bali, Nusa tanggara Barat dan Timur.
"Pada Oktober 2024 kondisi serupa di sebagaian Jatim, Nusa Tenggara Barat dan Timur. Dimulai dari Juni hingga Oktober. Ini perlu disiapsiagakan, perlu mitigasi khusus dampak kekeringan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Selasa (28/5/2024).