Punya Target Tinggi Genjot Produksi Migas, Pemerintah Siapkan 4 Strategi
Kementerian ESDM mendorong para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) merealisasikan program reaktivasi sumur minyak yang saat ini tidak aktif.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan sejumlah strategi untuk menggenjot produksi minyak dan gas di Tanah Air.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, Ariana Soemanto mengungkapkan, hal ini perlu dilakukan lantaran isu sektor minyak dan gas (migas) di Republik ini sangat penting.
Terkait minyak, Ariana menyebut bahwa produksi di dalam negeri harus digenjot, mengingat konsumsi BBM terus mengalami peningkatan. Di sisi lain, lifting minyak nasional terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Sementara terkait gas bumi, Ariana menyebut Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Namun saat ini terdapat kendala infrastruktur yang belum memadai.
Baca juga: SKK Migas Optimalkan Produksi Sumur Migas Bojonegoro, Bakal Beri Tambahan 13 Ribu Barel
"Untuk gas bumi, konsumsi itu lebih rendah dibanding produksinya, artinya kita punya surplus dan justru kita ada (potensi) ekspor di sana. Challenge-nya kalau gas bumi itu adalah ketersediaan infrastruktur sama impor LPG," ungkap Ariana dalam sebuah Forum Group Discussion di Jakarta, Senin (24/9/2024).
"Bagaimana cara kita memikat investasi di sektor minyak dan gas bumi ini. Setidaknya ada 4 hal besar yang akan kita lakukan," sambungnya.
Pertama, eksplorasi migas oleh perusahaan atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas, demi mencapai ketahanan energi nasional.
Kementerian ESDM terus menawarkan blok-blok migas potensial dilengkapi dengan insentif untuk menstimulus para pelaku usaha agar mau berinvestasi di sektor migas.
"Yang pertama kita fokus eksplorasi potensi migas, fokusnya di Indonesia Timur. Di Indonesia Timur itu kita punya 5 area yang lebih fokus yaitu di Buton, di Timor, di Seram, di Aru, juga di Papua," papar Ariana.
Kemudian yang kedua, Kementerian ESDM mendorong penerapan teknologi pada kegiatan operasional badan usaha.
Beberapa metode teknologi baru ini juga telah diterapkan pada kegiatan tajak sumur infill carbonate Banyu Urip di Blok Cepu Bojonegoro Jawa Timur.
Pemboran sumur infill carbonate merupakan bagian dari drilling campaign di Blok Cepu yang dilakukan oleh Exxonmobil dimulai tahun 2024 hingga tahun 2026 yang terdiri dari pemboran 5 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastics.
Selain itu terdapat implementasi teknologi pengurasan minyak tahap lanjut atau Enhance Oil Recovery (EOR) yang digunakan di sumur-sumur tua, dapat meningkatkan cadangan dan selanjutnya otomatis menaikkan produksi atau umur sumur migas.
Ketiga, Kementerian ESDM mendorong para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) merealisasikan program reaktivasi sumur minyak yang saat ini tidak aktif atau idle.
Hal ini didorong Pemerintah sebagai bagian upaya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) dalam negeri.
Dan keempat, upaya yang dilakukan Kementerian ESDM menata kembali skema gross split guna tetap menjaga iklim investasi hulu migas.
Pemberian insentif pada masa eksplorasi merupakan salah satu poin penting dalam regulasi yang baru diterbitkan pada Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 52 Tahun 2017 atas Perubahan Permen ESDM Nomor 8 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split.
"Dan yang terakhir untuk pemikiran investasi, baru-baru ini kita sudah terbitkan peraturan Menteri. Dan keputusan Menteri terkait kontrak migas skema gross split tapi yang baru. Yang memperbaiki skema gross split yang lama," pungkasnya.
Diketahui, Pemerintah mencanangkan target lifting migas, khususnya minyak bumi, yakni sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) pada 2030. Adapun saat ini produksinya hanya berada dikisaran 600 ribu BOPD.