Bursa Asia Beri Sinyal Mixed: Nikkei 225 Anjlok Tajam Indeks,Hang Seng Rebound 2,3 Persen
Reli saham di bursa Asia bergerak mixed, dengan indeks Nikkei 225 memimpin penurunan lebih dari 4 persen di awal pembukaan pasar, Senin pagi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Reli saham di bursa Asia bergerak mixed, dengan indeks Nikkei 225 memimpin penurunan lebih dari 4 persen di awal pembukaan pasar, Senin (30/9/2024) pagi.
Indeks Nikkei 225 berjangka turun menyusul kemenangan Shigeru Ishiba atas lawannya yang dovish, Sanae Takaichi, dalam pemilihan pimpinan Partai Demokratik Liberal (LDP).
Terpilihnya Ishiba mendorong kemungkinan Bank of Japan untuk mempertahankan suku bunga rendah dengan tujuan mengalahkan deflasi.
Namun imbasnya, investor mulai mengurangi kepemilikan ekuitas Indeks Nikkei 225 Jepang hingga ada kejelasan lebih lanjut seputar kebijakan Ishiba.
Pasca ketegangan terjadi, nilai mata uang yen ikut terdampak, melemah 0,3 persen menjadi 142,68 per dolar AS setelah sebelumnya melonjak sekitar 1,8 persen pada hari Jumat kemarin.
Sementara obligasi berjangka tenor 10 tahun kontrak Desember turun 0,60 poin menjadi 144,62.
"Karena Ishiba telah menganjurkan konsolidasi fiskal dan langkah-langkah lainnya, apresiasi yen dapat menjadi penghambat bagi ekuitas Jepang," ujar Rina Oshimo, ahli strategi di Okaasan Securities Co. Tokyo dikutip dari CNBC International.
Berbanding terbalik dengan saham Jepang, reli China justru mengalami lonjakan tajam di awal perdagangan, seperti indeks Hang Seng dibuka menguat 2,63 persen ke 21.175,41.
Kemudian S&P atau ASX 200 Australia naik 0,56 persen, menembus level tertinggi sepanjang masa di 8.246,2. Diikuti Kospi Korea Selatan yang naik 0,13 persen persen dan Kosdaq berkapitalisasi kecil naik tipis.
Sentimen bagi bursa Asia datang dari data penjualan ritel Jepang pada bulan Agustus naik 2,8 persen secara tahunan, mengalahkan estimasi jajak pendapat Reuters sebesar 2,3 persen, dan naik dari revisi kenaikan 2,7 persen pada bulan Juli.
Baca juga: Perdagangan Sesi I IHSG Turun ke 7.792, Saham Milik Orang Terkaya RI Melorot Tajam
Hal ini terjadi saat para pedagang menilai data inflasi Agustus 2024 yang menggembirakan, memperlihatkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) sebagai ukuran inflasi yang disukai The Federal Reserve (The Fed) meningkat 0,1 persen, sesuai dengan ekspektasi dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.