Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Mentah Langsung Melonjak Usai Biden Rencanakan Serang Fasilitas Migas Iran

Harga minyak di pasar internasional langsung melonjak setelah Presiden Joe Biden bersama Israel merencanakan menyerang fasilitas minyak Iran.

Penulis: Choirul Arifin
zoom-in Harga Minyak Mentah Langsung Melonjak Usai Biden Rencanakan Serang Fasilitas Migas Iran
IRNA
Kilang minyak Abadan, kilang pengolahan minyak mentah terbesar di Iran. Harga minyak mentah melonjak tajam setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan rencana AS dan Israel menyerang fasilitas militer Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Harga minyak di pasar internasional langsung melonjak setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden melontarkan pernyataan tentang kemungkinan AS bersama Israel menyerang fasilitas minyak Iran, Kamis, 3 Oktober 2024 kemarin.

Iran adalah anggota kartel minyak OPEC dan memproduksi sekitar 3,2 juta barel per hari, atau 3 persen dari produksi global. 

Harga minyak naik hari ini, Jumat 4 Oktober 2024 melonjak tinggi dan menjdi lonjakan terbesar dalam satu hari dalam hampir satu tahun, di tengah kekhawatiran bahwa Israel mungkin memutuskan untuk menyerang fasilitas minyak mentah Iran sebagai pembalasan atas serangan rudal awal pekan ini.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate naik jadi 74 dolar AS per barel, setelah melonjak lebih dari 5 persen pada 3 Oktober, sementara Brent ditutup mendekati 78 dolar AS per barel.

Kamis kemarin Joe Biden saat ditanya wartawanapakah dia akan mendukung Israel menyerang fasilitas minyak mentah Iran, dia mengatakan, “Kami sedang mendiskusikan hal itu.”

Belakangan, seorang pejabat AS mengatakan pemerintah AS masih melakukan pembicaraan dengan Israel, dan yakin bahwa belum ada keputusan yang diambil.

Kilang minyak Iran yang dikelola Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran (NIORDC).
Kilang minyak Iran yang dikelola Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran (NIORDC). (Mehr News Agency)

Harga minyak mentah telah melonjak minggu ini karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah meningkatkan kemungkinan terganggunya pasokan dari wilayah tersebut, yang menyumbang sekitar sepertiga dari total pasokan dunia.

Berita Rekomendasi

Israel dan Iran, serta proksi Teheran di Lebanon, Gaza, dan negara lain, telah saling berhadapan selama setahun terakhir, sehingga memicu kekhawatiran akan konflik besar-besaran yang dapat melibatkan Amerika Serikat.

Iran adalah anggota kartel minyak OPEC, memproduksi sekitar 3,2 juta barel per hari, atau 3 persen dari produksi global.

Mereka menembakkan rentetan rudal ke Israel awal pekan ini, setelah Israel meningkatkan serangannya terhadap Hizbullah yang didukung Teheran, termasuk mengirim pasukannya ke Lebanon selatan.

Pada tanggal 3 Oktober, negara-negara Kelompok Tujuh yang dipimpin AS meminta negara-negara di kawasan “untuk bertindak secara bertanggung jawab dan menahan diri”.

Citigroup memperkirakan bahwa serangan besar-besaran yang dilakukan Israel terhadap kapasitas ekspor Iran dapat menghilangkan 1,5 juta barel pasokan harian dari pasar.

Jika Israel menyerang infrastruktur kecil, seperti aset hilir, maka 300.000 hingga 450.000 barel produksi bisa hilang, katanya.

Baca juga: AS dan Israel Rancang Serang Infrastruktur Minyak Iran di Teluk Persia

Para analis juga menyatakan kekhawatiran bahwa Teheran dapat meningkatkan risikonya dengan menargetkan infrastruktur energi di negara-negara tetangga atau jalur pasokan, termasuk Selat Hormuz yang penting.

Lonjakan harga minyak – jika berkelanjutan – dapat berkontribusi pada kebangkitan kembali inflasi seperti halnya banyak bank sentral, termasuk Federal Reserve AS, yang mulai menurunkan suku bunga setelah laju kenaikan harga mereda.

Kilang minyak Iran di pelabuhan Teluk Persia di Bandar Abbas, Iran.
Kilang minyak Iran di pelabuhan Teluk Persia di Bandar Abbas, Iran. (Jamshid Bairami/AFP/Getty Images/Forbes)

Minyak mentah yang lebih mahal seiring waktu akan mempengaruhi harga bensin yang lebih tinggi di pompa bensin.

Di luar krisis Timur Tengah, terdapat tanda-tanda pasokan yang cukup. OPEC+ bermaksud untuk memulihkan sebagian dari kapasitasnya yang ditutup, dengan peningkatan akan dimulai pada bulan Desember.

Sementara, Libya telah memulai kembali produksinya, menghasilkan ratusan ribu barel per hari, setelah ketegangan politik di negara tersebut mereda. BLOOMBERG

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas