Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Dongkrak Kinerja Industri TPT
Pada tahun 2024 ini, alokasi anggaran restrukturisasi mesin kepada industri TPT mencapai Rp35 miliar untuk 45 perusahaan.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Mengenai proses waktunya, Adie menambahkan, umumnya perusahaan akan memakan waktu sebulan dalam pengajuan program ini. Namun bisa lebih cepat apabila doumen-dokumen perusahaan yang dibutukan sudah lengkap.
Berikan apresiasi
PT Indonesia Libolon Fiber System mengapresiasi langkah Kemenperin dalam menghadirkan program peremajaan mesin bagi industri tekstil di Indonesia.
Menurut Direktur PT Indonesia Libolon Fiber System, Amran Aman, pada tahun 2023 perusahaan membeli mesin tension control, yakni mesin persiapan untuk tenun senilai 56.370.000 yen. Setelah berhasil mengajukan program restrukturisasi, pihaknya memeroleh investasi dari Kemenperin sebesar Rp500.000.000.
“Kebetulan pada tahun 2023 itu kami ingin menambah kapasitas. Awalnya kami Cuma punya 360 mesin, sekarang kami tambah lagi, sehingga menjadi 600 mesin,” ungkapnya kepada Tribunnews.com.
Karena merasakan manfaat yang berarti dari program restrukturisasi, PT Indonesia Libolon Fiber System kembali mengikuti program tersebut pada tahun 2024.
“Jadi, kami sudah ikut kedua kali, dan di tahun 2024 ini kami mendapatkan investasi kurang lebih Rp1 Miliar dari Kemenperin,” imbuhnya.
Amran mengaku, saat ini permintaan pasar memang tengah menurun sehingga pabriknya hanya dapat menjalankan kapasitas sebesar 50 persen, dengan produksi sebesar 2-2,5 juta yard per bulan.
“Secara garis besar di Asia Tenggara, memang kami ada persaingan besar dengan Vietnam. Walaupun pasarnya sepi, tetapi kami tetap bertahan. Jadi, saat ini kami berusaha investasi besar-besaran untuk bisa mempersiapkan produksi di tahun 2025 lebih meningkat lagi,” ujar Amran.
Ia pun menyebut bahwa program restrukturisasi mesin dari pemerintah ini membantu produksi dari perusahaan menjadi lebih aman dan terkontrol, khususnya soal cash flow.
“Kami cukup terbantu dengan perhatian dari pemerintah. Karena dengan nilai investasi ini, berarti pemerintah juga ikut andil memperhatikan keberlangsungan industri tekstil di Indonesia,” tuturnya.
Ke depannya, Amran berharap program yang diberikan dari Kemenperin ini bisa lebih ditingkatkan lagi, khususnya dalam hal perusahaan tekstil yang lebih ramah lingkungan (go green).
Untuk diketahui, Indonesia Libolon dalam proses produksinya telah menggunakan gas untuK menghasilkan energi, dari yang sebelumnya menggunakan batu bara.
Sayangnya, penggunaan gas ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, yakni sekitar 14 dolar per satu juta British Thermal Units (MMBTU).