Cerita Menteri Teten Masduki Hadapi Kendala Majukan Soal UMKM: Tak Semua Bisa Jualan Online
Sebagian besar UMKM tidak bisa bertahan lama di e-commerce nasional akibat market besar tapi kapasitas produksinya tidak cukup.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengungkap bahwa ia awalnya percaya pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari manapun bisa menjual produk secara online.
Namun, keyakinannya terpatahkan karena berbagai tantangan yang dihadapi UMKM saat memasuki pasar digital.
"Awalnya kita berpikir semua UMKM itu bisa jualan secara online, dari pelosok manapun. Ternyata praktiknya enggak bisa," kata Teten saat acara forum bersama redaktur media di kantor KemenKopUKM, Jakarta Selatan, Senin (7/10/2024).
Teten menjelaskan bahwa banyak UMKM, terutama yang berada di daerah pelosok, tidak siap untuk bersaing di platform e-commerce tingkat nasional karena kapasitas produksi yang tidak mencukupi.
Baca juga: Intip Upaya BRI Memberdayakan UMKM Di Tengah Kesuksesan Perhelatan MotoGP Mandalika 2024
"Sebagian besar UMKM kita tidak bisa bertahan lama di e-commerce nasional, market besar, karena kapasitas produksinya enggak cukup," ujarnya.
Guna mengatasi hal tersebut, ia mengatakan ada program bernama Pahlawan Digital, yang diluncurkan pada 2020 saat pandemi Covid-19, untuk menciptakan platform baru di tingkat lokal.
Ia mengatakan muncul platform untuk warung tegal, platform untuk pedagang bakul pasar, ada juga untuk tukang jahit.
Teten mencontohkan startup seperti Titipku dan Jahitin.
"Yang kita dorong startup digital, startup teknologi yang (fokus, red) ke sisi produksinya," ucap Teten.
"Nah, jadi kita mengembangkan ke situ, karena idealnya semua UMKM di polosok negeri bisa jualan di online, tapi coba dilihat lagi kapasitas daya dukung mereka (untuk) bisa jualan ke online," lanjutnya.
Teten menekankan bahwa kunci keberhasilan bagi UMKM adalah memahami dan menguasai pasar lokal terlebih dahulu.
Ia bercerita tentang seorang pelaku UMKM di Yogyakarta yang memproduksi makanan, namun kesulitan mengirimkan produknya ke lokasi jauh seperti Kalimantan. Kendala utama yang dihadapi adalah biaya logistik yang sangat tinggi.
"Nah, ini juga kita harus edukasi, mungkin tidak perlu berpikir dulu ini (mengirim ke lokasi yang jauh), karena market lokalnya dulu yang dikuasai, dari segi logistiknya segala macam," pungkas Teten.