Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dikasih Modal dan Beli Gerobak dari Pak Jokowi

Pasar yang ramai, lanjutnya,  menandakan adanya pergerakan ekonomi masyarakat dan akan berimbas kepada sektor produksinya. 

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dikasih Modal dan Beli Gerobak dari Pak Jokowi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo 

Ekonom senior INDEF Drajad Wibowo menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di 5 persen itu bukan hanya dirasakan pada era kepemimpinan Presiden Jokowi saja, melainkan halitu sudah terjadi sejak zaman Presiden Soeharto,

"Dari sebelum-sebelumnya kan kita memang zaman Pak Harto sempat naik, kita kemudian turun, setelah itu kita stuck terus. Naik turun di sekitar 5 persen. Jadi bukan hanya Pak Jokowi saja," kata Drajad saat ditemui di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Rabu (9/10/2024).

Tercatat pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015 lalu, pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 4,79 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi eksternal, sehingga laju pertumbuhan net export menjadi negatif dari 2,19 persen di tahun 2014 menjadi angka -5,84 persen selama 2015.

Kemudian, di tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan yakni mencapai 5,02 persen. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp 2.385,6 triliun dan atas dasar harga berlaku (ADBH) mencapai Rp 3.194,8 triliun.

Pada posisi ini, pertumbuhan ekonomi didorong oleh kondisi perekonomian global sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia.

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai terasa di tahun 2017 yang mencapai 5,07 persen. Artinya lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2016 sebesar 5,02 persen. Kenaikan harga komoditas di kuartal IV 2017 menjadi pendorong nilai ekspor seperti harga minyak dunia yang naik 23,61 persen secara tahunan dan komoditas tambang.

Nilai Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) di tahun 2017 juga membaik dan bertumbuh 6,15 persen disebabkan realisasi investasi riil di kuartal IV yang melesat 12,7 persen secara tahunan menjadi Rp 179,6 persen.

Berita Rekomendasi

Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2018. Tercatat ekonomi Indonesia tumbuh mencapai 5,17 persen lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2017 sebesar 5,07 persen hal itu dilihat berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 14,837,4 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp 56 juta. 

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2018 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB yakni sebesar 58,48 persen, diikuti Pulau Sumatera sebesar 21,58 persen dan Pulau Kalimantan sebesar 8,20 persen.

Sayangnya, laju ekonomi Indonesia mulai melandai di tahun 2019. Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,02 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2018 sebesar 5,17 persen.

Dari sisi produksi pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha jasa lainnya sebesar 10,55 persen. Kemudian dari sisi pengeluaran dicapai oleh komponen lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) sebesar 10,62 persen.

Perekonomian Indonesia tahun 2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15 833,9 triliun dan PDB Perkapita mencapai Rp59,1 juta.

Pertumbuhan ekonomi Periode 2019-2024

Tahun 2019 merupakan masa akhir periode pertama kepemimpinan Presiden Jokowi. Selama lima tahun pertama pemerintahannya ekonomi Indonesia melaju pesat dan stabil di level 5 persen. 

Kemudian Jokowi melanjutkan pemerintahannya pada periode kedua yakni 2019 sampai 2024. Awal tahun 2020 Indonesia bahkan dunia dilanda Pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar -2,07 persen.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas