Dikasih Modal dan Beli Gerobak dari Pak Jokowi
Pasar yang ramai, lanjutnya, menandakan adanya pergerakan ekonomi masyarakat dan akan berimbas kepada sektor produksinya.
Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Hendra Gunawan
Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,04 persen. Sementara itu, dari sisi pengeluaran hampir semua komponen terkontraksi, Komponen Ekspor Barang dan Jasa menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 7,70 persen. Sementara, Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar 14,71 persen.
Perekonomian Indonesia tahun 2020 diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15.434,2 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp56,9 juta.
Ekonomi Indonesia kemudian menunjukkan peningkatan di tahun 2021. BPS mencatat, ekonomi nasional tumbuh mencapai 3,69 persen atau lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang terkontraksi -2,07 persen.
Tumbuhnya perekonomian Indonesia di tahun 2021 ini tidak lepas dari sentimen global yang perlahan mulai membaik didorong oleh pertumbuhan mitra dagang Indonesia yakni China, Amerika Seikat, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, Hong Kong dan Uni Eropa.
Pelan tapi pasti, pertumbuhan ekonomi kembali pesat di tahun 2022 yang mencapai 5,31 persen atau lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 sebesar 3,70 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 19,87 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 16,28 persen. Ekonomi Indonesia tahun 2022 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp71,0 juta.
Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2023 sebesar 5,05 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun 2022 sebesar 5,31 persen.
Meski begitu, sektor lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan sebesar 13,96 persen. Sementara itu dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicatat oleh konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga sebesar 9,83 persen.
Perekonomian Indonesia masih tetap berada pada jalur yang solid dan menunjukkan resiliensi dengan capaian pertumbuhan ekonomi Triwulan II-2024 sebesar 5,05 persen (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut juga didukung dengan inflasi yang rendah dan terkendali pada angka 2,13 persen pada bulan Juli 2024.
Selain itu, angka pertumbuhan ekonomi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain, seperti China (4,7 persen), Singapura (2.9 persen), Korea Selatan (2,3 persen), dan Meksiko (2,24 persen).
Sementara itu, kondisi perekonomian global masih tetap diselimuti dengan beragam tantangan yang memicu perlambatan ekonomi sejumlah negara.
Beberapa lembaga internasional seperti World Bank dan IMF juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global di penghujung tahun 2024 berada pada rentang 2,6 persen - 3,2 persen (yoy), sedangkan tahun 2025 sebesar 2,7 persen - 3,3 persen (yoy).
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin berharap presiden terpilih Prabowo Subianto akan melanjutkan pondasi ekonomi yang telah dibangun presiden Joko Widodo (Jokowi) selama dasawarsa terakhir.
Terlebih Prabowo juga punya latar belakang pengusaha, yang paham pentingnya stabilitas demi pertumbuhan ekonomi. Dengan stabilitas di segala sektor, Ujang yakin perekonomian Indonesia bisa terus naik di era Prabowo.