Butuh Banyak Anggaran, Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Cukup Berat Direalisasikan
Target pertumbuhan ekonomi 8 persen per tahun oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto cukup sulit direalisasikan.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Anis Byarwati menilai target pertumbuhan ekonomi 8 persen per tahun oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan berat dicapai.
Anis menilai target ambisius tersebut sebagai cerminan sikap optimistis namun tetap harus memperhitungkan pencapaian pada pemerintahan sebelumnya.
"Pemerintahan Prabowo tentu akan berat ya karena memang kita masih meninggalkan PR-PR di tahun-tahun sebelumnya," ujar Anis di Jakarta, Rabu (23/10/2024).
Dia mengatakan, target sebut perlu di-review ulang. Sebab, target delapan persen dinilai cukup optimis tapi tentu harus melihat baseline dari pemerintahan sebelumnya.
Sebelum pelantikan Presiden masa jabatan 2024-2029, Anis sempat menyinggung bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran harus bekerja ekstra.
Menurut dia, banyak program pemerintahan baru yang membutuhkan anggaran.
Untuk membiayai program-program tersebut, Anis menilai pengajuan APBN perubahan bisa dilakukan mengingat hal tersebut dimungkinkan untuk dilakukan.
"Jadi mungkin harus mengajukan APBN perubahan dan Saya kira Undang-undang APBN memungkinkan untuk pemerintahan baru mengajukan APBN perubahan. Kalau menterinya tetap tentu Bu Sri Mulyani tentu lebih mengetahui tentang apa yang harus dilakukan," tambah Anis.
Baca juga: KSSK Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III 2024 di Atas 5 Persen
Anis menegaskan, perlu adanya perencanaan untuk mengantisipasi berbagai kondisi internasional yang bisa berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
"Tapi yang jelas bahwa perencanaan ke depan harus bisa mengantisipasi, karena kondisi geopolitik itu juga belum membaik. Apalagi sekarang perang Israel juga belum berakhir, Ini saya kira akan mempengaruhi juga ke depan,” terangnya.
Baca juga: Hilirisasi Mesin Pertumbuhan Ekonomi RI, Menteri Bahlil: Kalau Mampu Eksekusi Bisa Menambah 2 Persen
Selain kondisi geopolitik, pemerintah baru juga tak boleh menisbikan tantangan yang muncul dari pekerjaan rumah yang ditinggalkan oleh pemerintahan periode lalu seperti utang yang belum diselesaikan.
"Jadi saya kira pemerintahan ke depan ini tantangannya cukup besar. Di samping itu juga utang kita juga belum membaik kondisinya. Jadi kerja keras kedepan ini sangat dibutuhkan dan ekonomi harus solid," tutup Anis.