Kemenangan Donald Trump Diprediksi Bikin Pemangkasan Suku Bunga The Fed Melambat
Kebijakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed diperkirakan akan lebih lambat pasca kemenangan Donald Trump di Pilpres AS.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Diantaranya, ekspansi ekonomi yang lebih lambat di seluruh dunia dan inflasi yang lebih cepat di dalam negeri yang akan membuat Federal Reserve kurang bersedia menurunkan suku bunga.
Baca juga: Saham Tesla Tebang 14 Persen Pasca Donald Trump Puji Elon Musk di Pidato Kemenangan Pilpres
Dampaknya bisa berupa dolar yang lebih kuat dan berkurangnya ruang bagi negara-negara berkembang untuk melonggarkan kondisi moneter mereka sendiri.
“Penundaan implikasi inflasi dari tarif dan kebijakan fiskal ekspansif memungkinkan The Fed untuk terus memangkas suku bunga hingga tahun 2026, karena bank sentral masih perlu mengkalibrasi ulang kebijakan moneter agar tidak terlalu membatasi,” tulis tim analis Oxford Economics mengutip Business Times.
Di Eropa, Goldman Sachs memperkirakan ECB akan melakukan penurunan suku bunga tambahan karena pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah akibat kebijakan Trump.
“Ada dua ketakutan utama di sini. Yang pertama adalah tarif dan proteksionisme yang dapat berdampak buruk pada pertumbuhan dan inflasi. Dan sekaligus defisit fiskal. Anda telah melihat reaksi pasar terhadap defisit fiskal di AS dan Inggris," ujar Asisten Gubernur RBA Christopher Kent.
Proyeksi Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed
Sejauh ini para bankir sentral AS masih diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan Fed sebesar seperempat poin persentase ke kisaran 4,50 hingga 4,75 persen.
Namun The Fed kemungkinan besar akan memangkas suku bunga kebijakannya hanya dua kali pada tahun 2025, menurunkannya ke kisaran 3,75 hingga 4 persen dan kemungkinan baru akan melakukannya pada bulan Juli.