Asosiasi Soroti Tantangan Penetrasi Kendaraan Listrik di Indonesia
Harga yang masih mahal, ketersediaan infrastruktur yang terbatas, serta minat yang masih rendah jadi tantangan pengembangan kendaraan listrik di RI.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sebagai solusi transisi energi berkelanjutan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.
Beberapa faktor yang menjadi kendala antara lain harga, ketersediaan infrastruktur, serta minat dan kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap kendaraan listrik.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Johannes Loman, mengungkapkan bahwa industri sepeda motor listrik merasakan dampak dari tantangan ini.
"Pada prinsipnya kami terus mendukung pertumbuhan motor listrik. Namun, penerimaan konsumen terhadap kendaraan ini masih belum secepat di sektor roda empat," ujarnya Jumat (15/11/2024).
Meskipun perkembangan kendaraan listrik cukup pesat, angka penjualan motor listrik di Indonesia hingga kini masih belum signifikan.
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, jumlah pengguna sepeda motor listrik di Indonesia dari 2019 hingga 2023 mencapai 83 ribu unit.
Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan kendaraan berbasis bahan bakar yang mencapai 29 juta unit pada periode yang sama.
Johannes Loman menyebutkan beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan sepeda motor listrik di tanah air.
"Selain keterbatasan jarak tempuh dan waktu pengisian daya yang cukup lama, persepsi masyarakat terhadap harga produk yang masih terlalu tinggi juga menjadi pertimbangan utama dalam mengadopsi kendaraan listrik," jelasnya.
Dia menambahkan, meskipun penggunaan motor listrik diprediksi akan tumbuh, proses tersebut memerlukan waktu.
"Penerimaan dari konsumen itu penting," tutupnya.
Dengan tantangan yang ada, industri kendaraan listrik di Indonesia diharapkan dapat menemukan solusi untuk meningkatkan adopsi dan mempercepat transisi menuju energi berkelanjutan.
Baca juga: Sejumlah Penyebab di Balik Rendahnya Adopsi Kendaraan Listrik di Indonesia
Sementara itu, Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, mengatakan peningkatan penggunaan kendaraan listrik dapat dilakukan dengan membangun pusat kendaraan listrik di kota-kota besar.
Tujuannya, untuk memperluas akses masyarakat terhadap informasi soal teknologi kendaraan listrik.
Ia berpendapat, pusat EV tidak hanya berisi ruang pameran, tapi juga menjadi sarana edukasi ke masyarakat mengenai pentingnya transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Menurutnya, pusat edukasi kendaraan listrik ini bisa digelar di sejumlah kota-kota strategis.
Baca juga: Pemilik Kendaraan Listrik di Jakarta Kini Bebas Pajak dan Biaya Balik Nama
"Lokasi strategis di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan akan membantu menarik perhatian masyarakat dan mempromosikan inovasi yang mungkin dapat mengubah kesadaran masyarakat yang masih rendah tentang manfaat EV," kata Yannes.
Ia menambahkan, hingga kini masih banyak masyarakat yang belum familiar dengan teknologi kendaraan listrik. Ini terlihat dari masih banyaknya orang Indonesia yang khawatir dengan daya jelajah mobil, ketahanan baterai, dan ketersediaan sarana pengisian daya.
"Penggunaan EV juga memerlukan pemahaman tentang keselamatan, baik dari segi pengisian daya maupun cara berkendara yang berbeda, karena instant torque yang dimiliki EV. Edukasi ini akan membuat pengguna lebih siap dan merasa aman dalam transisi kendaraan," katanya.
Di samping menambah kesadaran masyarakat tentang EV, ruang edukasi publik ini juga berpotensi menarik segmen anak muda yang tertarik pada inovasi teknologi dan kendaraan ramah lingkungan.
Menurutnya, pembangunan pusat EV ini diprediksi bakal berpeluang meningkatkan adopsi kendaraan listrik di tengah masyarakat.
Yannes menambahkan, satu faktor penting untuk mendorong perkembangan kendaraan listrik di tanah air adalah keberadaan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik.
Hingga kini, ia berpendapat, infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik masih belum memadai.
Sementara itu, mengutip data PT PLN (Persero), hingga semester I/2024, tercatat ada 1.582 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), 2.182 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), 9.965 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan 14.524 home charging yang digunakan untuk pengisian daya kendaraan listrik.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung akselerasi ekosistem kendaraan listrik dengan terus menambah charging station yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
PLN juga terus menambah infrastruktur untuk kendaraan motor listrik. Hingga Juni 2024, PLN bersama mitra sudah menyiapkan 2.200 unit infrastruktur SPBKLU untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
PLN juga mendorong upaya transisi energi melalui pelaksanaan Electricity Connect 2024 bertajuk ‘Go Beyond Power Energizing The Future’ pada 20-22 November mendatang di Jakarta Convention Center (JCC).
“Berkolaborasi dengan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), acara ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi lintas sektor, baik pemerintah maupun swasta, khususnya industri kendaraan listrik di Kawasan ASEAN,” kata Ketua Panitia Electricity Connect 2024 Arsyadanny G. Akmalaputri.