Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pendapat Menteri Bappenas Rachmat Pambudy Tentang Lompatan Ekonomi 2025 

Dalam 20 tahun terakhir perekonomian Indonesia tumbuh 5 persen dan tidak jauh dari itu.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pendapat Menteri Bappenas Rachmat Pambudy Tentang Lompatan Ekonomi 2025 
Tribunnews/IBEL
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Rachmat Pambudy dalam acara Core Economic Outlook 2025 di Jakarta, Sabtu (23/11/2024). 

 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Rachmat Pambudy mengaku merenung sejenak, ketika diminta jadi pembicara dalam acara Core Economic Outlook 2025 dengan tema Tahun Penentu Terwujudnya Lompatan Ekonomi, di Taman Ismail Marzuki, Sabtu (23/11/2024).

"Ketika saya diminta berbicara soal lompatan ekonomi dan tahun 2025 sebagai tahun penentu terwujudnya lompatan ekonomi, saya merasa agak semacam bukan bertanya tetapi merenung sejenak," ujar Rachmat.

Menurutnya, topik pembicaraan perihal lompatan ekonomi itu membuat Rachmat merefleksikan sejarah Indonesia dalam 20 tahun terakhir dimana perekonomian Indonesia tumbuh 5 persen dan tidak jauh dari itu.

Pertanyaan lain juga muncul dalam benaknya, mengapa ekonomi Indonesia hanya bisa tumbuh 5 persen sedangkan pada tahun 1970an pertumbuhan ekonomi bisa diatas 5 persen. Pertumbuhan yang cukup tinggi sekaligus Indonesia mengalami pemerataan cukup baik.

"Dan pertanyaan ini rupanya tidak hanya pertanyaan di dalam pribadi saya tapi juga pertanyaan yang diberikan oleh Core Indonesia. Dan akhirnya saya diminta untuk bicara tahun penentu terwujudnya lompatan ekonomi Indonesia," tuturnya.

Berita Rekomendasi

Di satu sisi, Rachmat mengatakan bahwa Indonesia perlu bersyukur bahwa ekonomi sempat tumbuh stabil di tengah gejolak ekonomi global periode 2015 sampai 2019 lalu. Bahkan, saat dihadapkan pada kondisi Pandemi Covid-19, Indonesia bisa pulih lebih cepat dibandingkan negara lain.

"Alhamdulillah kita tumbuh rata-rata 5 sampai sekitar 5,03 persen dan memang kita sempat terkontraksi pada saat mengalami pandemi dan kontraksi ini cukup berat. Dan setelah COVID-19, ekonomi Indonesia juga pulih dengan cepat sekali," jelasnya.

Baca juga: Bappenas Dorong Kompetensi Pegawai Pemerintah Daerah Jalankan SDGs

Rachmat bilang, di tahun ini ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen. Kunci utama dalam melakukan transformasi kedepan adalah stabilitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri. 

Ditambah lagi, inflasi yang terkendali, suku bunga acuan BI-Rate yang masih terjaga di level 6 persen untuk mempertahankan stabilitas pertumbuhan ekonomi.

"Ini bisa menjadi dasar kita untuk lompat, sekaligus kita bisa menjaga supaya lompatan ekonomi kita itu juga terjaga. Dan lompatan ekonomi kita itu bukan hanya lompatan sekali saja melompat kemudian turun lagi. Dan lompatan ini cukup bisa kita tahan demikian lama," tutur Rachmat.

Baca juga: Basuki Hadimuljono Laporkan Perkembangan Pembangunan IKN ke Bappenas 

Rachmat menilai, tantangan lain adalah kian banyaknya kelompok menengah bawah dan bahkan kelompok miskin masih mendominasi. Artinya ada ketimpangan antara kelompok menengah atas dan bawah.

"Dalam kondisi seperti itu maka kita harus menjaga bagaimana kelompok yang kebawah itu harus tumbuh, bagaimana kelompok yang paling bawah itu terjaga supaya dia tidak jatuh lebih bawah lagi, bagaimana kelompok yang di tengah yang menjadi dukung pertumbuhan kita sebagai middle class itu tidak turun, dan bagaimana middle class itu juga bisa bertahan sampai nanti pada akhirnya dia masuk kelompok kolongan, lepas dari kelompok middle class," papar dia.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas