Obat Flu Avigan Dipercaya Atasi Corona, Ini Penjelasannya
Sebuah obat dari Jepang bernama Avigan, dipercaya efektif untuk menangani virus corona yang telah menjadi pandemi. Ini penjelasannya.
Editor: Whiesa Daniswara
Dari yang rata-rata 4,2 hari menjadi 2,5 hari. Pemberitaan sebelumnya mengungkap bahwa obat asal Jepang yang digunakan untuk mengobati flu disebut ampuh dalam mengatasi virus corona.
Tentang Obat Avigan
Dilansir Live Science, Kamis (19/3/2020), obat Avigan secara khusus dibuat untuk mengobati virus RNA seperti SARS-CoV-2.
SARS-CoV-2 adalah virus yang materi genetik utamanya RNA, bukan DNA.
Obat ini menghentikan beberapa virus dari replikasi dengan melumpuhkan enzim (zat yang menyebabkan reaksi kimia) yang disebut RNA polimerase, yang membangun RNA.
Baca: 8.000 Peserta Ijtima Ulama Dunia 2020 Sudah Hadir, Acara Resmi Dibatalkan untuk Cegah Corona
Baca: Antisipasi Virus Corona, Kenali Suhu Normal Tubuh Manusia
Menurut artikel yang membahas obat Avigan pada 2017 dan terbit di jurnal Proceedings of Japan Academy, Ser. B, Physical and Biological Science, tertulis bahwa tanpa adanya enzim utuh, virus tidak dapat menggandakan materi genetik secara efisien di dalam sel inang.
Meski demikian, ahli menemukan bahwa obat ini kurang efektif jika diberikan pada pasien yang memiliki gejala berat.
"Kami telah memberikan Avigan kepada 70 sampai 80 orang. Obat ternyata tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda di tubuh pasien," kata seorang sumber dari Kementerian Kesehatan Jepang kepada surat kabar Mainichi Shimbun dilansir The Guardian.
Di Jepang, obat Avigan memang diresepkan bagi pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan hingga sedang.
Namun, hasil dari uji coba ini belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah peer-review dan tampaknya masih temuan awal.
Perkembangan Obat untuk Covid-19
Sampai saat ini, tidak ada obat yang disetujui atau diketahui dapat mengobati SARS-CoV-2.
Namun, obat antivirus yang dikembangkan untuk mengobati penyakit lain sedang diuji coba untuk digunakan dalam mengobati virus corona.
Sebagai contoh, Remdesivir dikembangkan untuk mengobati Ebola tetapi telah menunjukkan harapan dalam mengobati monyet yang terinfeksi dengan coronavirus lain, seperti sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).