Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Obat-obat yang Diuji untuk Atasi Virus Corona: Klorokuin, Avigan, Remdesivir, hingga Kaletra

Berikut adalah berbagai jenis obat yang digunakan untuk upaya penyembuhan pasien penderita Covid-19: Klorokuin, Avigan, Remdesivir, hingga Kaletra

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
zoom-in Obat-obat yang Diuji untuk Atasi Virus Corona: Klorokuin, Avigan, Remdesivir, hingga Kaletra
KAZUHIRO NOGI / AFP
Tablet Avigan anti-influenza yang diproduksi oleh Fujifilm Jepang ditampilkan di Tokyo pada 22 Oktober 2014. 

TRIBUNNEWS.COM - Berbagai jenis obat diuji untuk menyembuhkan pasien virus corona atau Covid-19.

Di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memesan jutaan avigan dan klorokuin sebagai bentuk keseriusan pemerintah tangani Covid-19.

Selain kedua jenis obat tersebut, ada jenis obat lain yang diuji untuk mengatasi Covid-19.

Seperti yang dilansir nypost.com, berikut adalah berbagai jenis obat yang digunakan untuk upaya penyembuhan pasien penderita Covid-19.

Baca: Efek Samping Klorokuin, Obat yang Disebut Efektif Atasi Virus Corona, Jangan Konsumsi Sembarangan!

1. Klorokuin dan hidroksiklorokuin (dijual dengan nama dagang Plaquenil, dan lain-lain)

klorokuin - obat virus corona
Staf medis menunjukkan paket Nivaquine, tablet yang mengandung klorokuin dan Plaqueril, tablet yang mengandung hydroxychloroquine di IHU Mediterranee Infection Institute Marseille pada 26 Februari 2020. Obat-obatan itu telah menunjukkan tanda-tanda efektifitas melawan virus corona.

Klorokuin telah direkomendasikan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk menangani virus corona.

Meski begitu, obat ini belum diterima oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA.

BERITA TERKAIT

Klorokuin dan hidroksiklorokuin telah digunakan sebelumnya untuk mengobati malaria.

Malaria disebabkan oleh parasit, tidak seperti Covid-19 yang disebabkan oleh virus.

Beberapa studi menyatakan obat ini masih efektif mengobati SARS, 'saudara' dari Covid-19.

Satu studi dilakukan pada sel primata pada 2005 di tengah wabah SARS.

Namun, obat itu tidak pernah benar-benar digunakan sebagai pengobatan karena penyakit itu sudah terkendali.

Demikian dikatakan Dr Len Horovitz, seorang ahli paru dan ahli penyakit dalam di Lenox Hill Hospital mengatakan kepada The Post.

"Tidak ada alasan untuk menggunakannya pada waktu itu tetapi melihat ke belakang, ada kesempatan obat itu dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi atau sebagai pengobatan virus corona," kata Horovitz.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas