Physical Distancing? Jangan Sedih, Saatnya Merawat Paru-paru di Tengah Pandemi Covid-19
Belakangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan istilah physical distancing atau melakukan jarak fisik.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Daerah berpolusi tinggi biasanya terjadi di lingkungan dengan tingkat kesejahteraan menengah kebawah.
Sekitar 18 juta orang yang pendapatannya memenuhi definisi federal untuk kemiskinan, tinggal di daerah dengan kualitas udara terburuk di Amerika.
Meski tidak seburuk kondisi udara di luar, tapi jangan meremehkan sirkulasi udara di dalam ruangan.
McCormack yang tengah merawat pasien Covid-19 di AS ini, menekankan pentingnya berhenti dan menghindari asap rokok di dalam ruangan.
"Jika ada perokok di rumah, partikelnya (polusi) bisa jauh lebih tinggi di dalam ruangan daripada di luar ruangan," katanya.
Ini tidak hanya berlaku untuk rokok konvensional tapi juga vape.
Menggoreng makanan atau memasak tanpa ventilasi yang baik juga dapat meningkatkan polusi udara dalam ruangan.
Nitrogen oksida dari kompor gas dikenal sebagai iritasi pernapasan, sehingga saat memasak bukalah jendela agar sirkulasi udara lancar.
Namun berbeda halnya dengan rumah yang dekat dengan sumber polusi seperti pabrik, jadi ada baiknya menggunakan pembersih udara atau air purifier.
Lebih baik selalu cek sudut rumah yang lembab dan berjamur.
"Jamur memperburuk asma," kata McCormack.
Para hewan pengerat atau hama rumahan seperti tikus dan kecoa juga penting dibasmi, sebab hewan ini bisa memicu asma.
McCormack menyarankan agar menyimpan makanan dengan rapat-rapat.
Sementara itu bila memang sudah memiliki kondisi asma, dia menegaskan agar disiplin menggunakan obat bila diperlukan.
"Dengan polusi dalam ruangan, kita bisa mengendalikannya sendiri," ungkapnya.
"Ini adalah saat yang tepat untuk mengubah kebiasaan."
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani/Yurika Nendri)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.