Penyebab Jumlah Pasien Meninggal di Indonesia Lebih Banyak dari yang Sembuh Versi dr. Erlina
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Persahabatan, dr. Erlina Burhan menjelaskan terkait jumlah pasien meninggal lebih banyak dibanding yang sembuh.
Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Pihak terkait harus mengetahui selama 14 hari terakhir, pasien pergi ke mana saja dan berinteraksi dengan siapa.
Setelah melakukan pelacakan, pasti akan menemukan orang-orang yang pernah berkontak langsung.
Kemudian harus menggali informasi dari orang-orang itu perihal keluhan yang merujuk pada gejala corona.
dr. Erlina mengatakan, seharusnya semua orang yang melakukan kontak harus tetap melalui tes.
"Kalau tracing, orang dilacak interaksi pasien ini 14 hari terakhir ke mana saja dengan siapa saja itu dilacak dan ditemukan," jelas dr. Erlina.
"Setelah dilacak ditanyakan apakah ada keluhan."
"Semestinya idealnya mereka semua ini dites," imbuhnya.
Namun kala itu, prosedur tersebut tidak dilakukan oleh pihak terkait.
dr. Erlina menyebutkan, ada kemungkinan saat itu adanya keterbatasan dari laboratorium.
Baca: Dampak Covid-19, Verifikasi Pendaftaran Penerimaan Anggota Polri Tahun 2020 Dilakukan secara Online
Baca: 4 Pasien Asal Semarang Bagikan Pengalamannya Bisa Sembuh dari Corona
Diketahui terdapat jumlah laboratorium yang sedikit untuk melakukan pemeriksaan corona.
Kemudian juga sempat terdapat masalah mengenai laboratorium yang kini telah diperbaiki oleh pemerintah.
Sehingga menurut dr. Erlina wajar apabila angka kematian terlihat sangat tinggi.
"Ini tidak dilakukan, karena waktu itu barangkali ada keterbatasan kapasitas laboratorium," tutur dr. Erlina.
"Jumlahnya sedikit dan terdapat masalah di sana sini yang sekarang pemerintah berusaha memperbaiki."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.