Bocah Remaja Pedalaman Amazon Meninggal karena Covid-19, Diduga Penularan dari Penambang Asing
Seorang bocah remaja dari Suku pedalaman Amazon di Brasil, meninggal dunia setelah dites positif Covid-19.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
Kini pemerintah diminta untuk melacak warga yang sempat berinteraksi, melakukan tes corona, dan mengisolasi mereka.
Baca: Khawatir Kebangkitan Covid-19, WHO Ingatkan Jangan Buru-buru Longgarkan Lock Down
Baca: Jenazah Pasien Covid-19 Kehabisan Peti, Petugas Pemakaman Ketakutan, Sampai Lakukan Hal Ini
Kasus kematian ini juga mendesak pemerintah menindak penambang emas ilegal di tanah adat.
Lantaran orang-orang inilah yang diyakini sebagai sumber penyebaran virus corona di pedalaman Amazon.
Lembaga Sosial-Lingkungan (ISA) juga mengatakan, virus yang menyebar di suku Yanomami berasal dari para penambang yang secara ilegal memasuki wilayah adat.
"Hari ini, tidak diragukan lagi faktor utama penyebaran Covid-19 di wilayah adat Yanomami adalah lebih dari 20.000 penambang ilegal yang masuk dan keluar wilayah tanpa kontrol," kata ISA pada situsnya.
Wabah corona merupakan ancaman bagi suku ini, bahkan menurut editor berita Amazonia Real, virus ini berpotensi menyebabkan genosida.
"Penyakit ini sangat berbahaya bagi kita," kata Dario Yawarioma, seorang pemimpin Yanomami.
"Ini hari yang sangat menyedihkan bagi Yanomami," tegasnya.
Suku Yanomami hidup di hutan hujan dan pegunungan di Brasil utara dan selatan Venezuela, menurut Survival International.
Suku ini merupakan kelompok masyarakat yang sangat teisolasi di Amerika Selatan dan diperkirakan ada 38.000 populasi di sana.
Sebagian besar terisolasi dari dunia luar hingga pertengahan abad ke-20.
Populasi mereka sempat hancur oleh penyakit campak dan malaria pada 1970-an.
Sementara itu, bocah malang tersebut diketahui sedang belajar menjadi guru di cagar alam Boqueirao, kata Asosiasi Hutukara.
Dia adalah orang pribumi ketiga di Brasil yang meninggal setelah tertular virus corona, menurut surat kabar Globo.
Lainnya berasal dari suku Borari dan Muru.
Setidaknya delapan pasien asli dari lima etnis telah dites positif untuk virus, menurut Globo.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.