Nasib Perantau Terkait Larangan Mudik Lebaran, Terpaksa Rayakan Hari Raya Tak Bersama Keluarga
Dua orang perantau bernama Reny Mardikasari dan Cahyo Adi Widananto menceritakan kisah mereka menjadi perantau yang dilarang mudik.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Ayu Miftakhul Husna
Pasalnya sejak pemerintah menetapkan status darurat Covid-19, Reny menuturkan, masyarakat sudah terbiasa untuk melakukan aktivitas sendiri-sendiri guna mengikuti anjuran physical distancing.
"Jadi terbayangkan bagaimana sepinya momen sahur dan buka sendiri."
"Apalagi tarawih dianjurkan di rumah juga," tutur Reny yang bekerja di salah satu televisi swasta itu.
Baca: Larangan Mudik Berlaku Bagi Warga Jabodetabek, Daerah PSBB, dan Zona Merah Corona
Terkait informasi larangan mudik lebaran yang baru diumumkan, Reny mengaku sudah tidak terkejut lagi.
Sebab ia sudah mendengar desas-desus soal larangan mudik lebaran sejak satu bulan yang lalu.
Bahkan, keluarga Reny pun meminta agar dirinya tidak perlu mudik lebaran.
Terlebih informasi yang ia peroleh, di kampung halamannya sudah ada warga yang terkena Covid-19.
"Mereka sudah memahami situasi dan kondisi sekarang. Apalagi saya baca berita dan dengar perkembangan kondisi di kampung halaman saya, sudah mulai ada warga yang positif, PDP dan ODP," jelasnya.
"Mirisnya lagi, mereka sebelumnya melakukan mudik dari zona merah."
"Ini bukti kalau tingkat kewaspadaan masyarakat masih sangat-sangat kurang," ungkapnya.
Kendati demikian, Reny mengaku setuju dengan keputusan pemerintah.
"Sejak awal saya pribadi setuju dengan langkah pemerintah meniadakan mudik dan ini tepat."
"Karena aktivitas mudik berpotensi membuat penyebaran virus corona semakin meluas ke berbagai daerah di Indonesia," ungkapnya.
Tidak hanya Reny, satu di antara perantau lain bernama Cahyo Adi Widananto juga turut merasakan hal yang sama.