Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pekerjanya Tuna Rungu, Batik Toeli Laweyan Solo Banting Setir Produksi Masker di Tengah Pandemi

pekerjanya tuna rungu, dan harus bertahan di tengah sulitnya ekonomi dampak corona mereka banting stir produksi masket

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Ayu Miftakhul Husna
zoom-in Pekerjanya Tuna Rungu, Batik Toeli Laweyan Solo Banting Setir Produksi Masker di Tengah Pandemi
Tribunnews/istimewa
Masker produksi Batik Toeli Laweyan (Tribunnews/istimewa) 

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah UMKM batik di Solo Jawa Tengah yang pekerjanya merupakan penyandang disabilitas tunarungu kini memproduksi masker di tengah pandemi virus corona covid-19.

UMKM tersebut bernama Batik Toeli itu terletak di Laweyan, Solo, yang dikenal dengan sentra industri batik.

Batik Toeli Laweyan diinisiasi oleh pemilik CV Mahkota Laweyan, Alpha Febela Priyatmono sejak pertengahan tahun 2019, lalu.

CV Mahkota Laweyan merupakan usaha yang bergerak dalam produksi pakaian batik.

Dalam masa pandemi covid-19, Batik Toeli memproduksi masker dari kain batik.

"Saat kita melihat situasi wabah corona, kami berinisiatif membuat masker," uajr Manajer Produksi Batik Toeli, Muhammad Taufan Wicaksono kepada Tribunnews melalui telewicara video, Jumat (24/4/2020).

Muhammad Taufan Wicaksono
Manajer Produksi Batik Toeli Laweyan Solo, Muhammad Taufan Wicaksono

Baca: Tips Menjaga Kesehatan saat Ramadhan di Tengah Pandemi Corona, Gunakan Masker jika Keluar Rumah

Baca: Tindak 29 Ribu Pelanggar PSBB di Jadetabek, Polisi Sebut Dominan Tidak Pakai Masker

Pria yang akrab disapa Topan tersebut mengungkapkan, bahan batik untuk membuat masker berasal dari sisa produksi Batik Mahkota.

Berita Rekomendasi

"Ini juga menjadi salah satu pelindung diri di masyarakat," ungkapnya.

Dalam sehari, target masing-masing pekerja mampu menghasilkan 20 potong.

Harga jual masker dari Batik Toeli ialah Rp 5 ribu rupiah per biji.

Batik Toeli Laweyan di Solo Jawa Tengah mempekerjakan para penyandang disabilitas tunarungu sebagai pegawainya.
Batik Toeli Laweyan di Solo Jawa Tengah mempekerjakan para penyandang disabilitas tunarungu sebagai pegawainya. (Tribunnews/ISTIMEWA)

Awal Mula Batik Toeli

Batik Toeli awalnya dibentuk saat CV Mahkota Laweyan memiliki pegawai yang menyandang tunarungu.

"Kemudian dikembangkanlah dan diangkat untuk memproduksi produk batik di Batik Toeli," ungkap Topan.

Saat ini, Batik Toeli baru memiliki tiga orang pekerja dengan kondisi tunarungu.

"Produk-produk yang dihasilkan ada kemeja, outer, dan pakaian lain," ujarnya.

Baca: VIRAL Pencuri di Minimarket Kepergok Bikin Pegawai Geram dan Emosi, Begini Tanggapan Manajemen

Baca: Naik Sapi ke Minimarket, Warga Singolungu Sarangan Magetan Viral

Memasuki bulan Ramadan, Batik Toeli pun mencoba untuk mengembangkan produk pakaian muslim.

"Kami mengarahkan juga untuk moslem corner, membuat perlengkapan muslim seperti peci, kopiah, dan baju muslim," ungkap Topan.

Selain itu Topan juga mengungkapkan pihaknya telah memproduksi rompi untuk salat.

Dalam penjualannya, Batik Toeli memasarkan produk melalui online.

"Saat ini masih melalui online dan media sosial, serta relasi-relasi yang membutuhkan masker," ujarnya.

Topan berharap, UMKM baik yang baru mulai maupun yang sudah berjalan dapat melihat sisi lain usaha mereka.

"Ketika orang-orang berkebutuhan khusus belum memiliki pekerjaan tapi memiliki keahlian, bisa dipekerjakan dan ditingkatkan skillnya," ujar Topan.

Topan berujar agar pengusaha tidak hanya berorientasi pada profit dan keuntungan.

"Kita bisa mengasah kemampuan mereka (penyandang disabilitas) sehingga dapat membuat produk sesuai skill mereka," ungkap Topan.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas