Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sulitnya Belajar di Buton saat Pandemi Virus Corona, Ada yang Sampai Naik Atap Masjid Cari Sinyal

Dia mengungkapkan segala upaya dilakukan pelajar dan mahasiswa untuk dapat mendapatkan akses informasi

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Sulitnya Belajar di Buton saat Pandemi Virus Corona, Ada yang Sampai Naik Atap Masjid Cari Sinyal
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
ILUSTRASI - Dua anak mengerjakan tugas saat belajar di rumah selama pandemi virus corona (Covid-19), di salah satu permukiman di Desa Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/5/2020). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan konsep belajar di rumah selama pandemi virus corona atau Covid-19 tidak hanya fokus ke akademik, tapi harus memberikan pendidikan yang bermakna termasuk kecakapan hidup dan pemahaman mengenai pandemi Corvid-19. Tribun Jabar/Gani Kurniawan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Buton, Indah Kusuma Dewi mengungkapkan kondisi memperihatinkan di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, selama masa pandemi virus corona atau Covid-19.

Salah satunya terkait akses pendidikan.

Baca: Presiden Jokowi: Kita Tidak Mudik Karena Sayang Keluarga

Menurut dia, pelajar dan mahasiswa di Pulau Buton menerapkan sistem belajar di rumah.

“Pendidikan ada kuliah atau sekolah online. (Ada,-red) Siswa tidak mempunyai handphone. Jaringan internet kurang,” kata dia, di diskusi Kewenangan Daerah Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19, Sabtu (9/5/2020).

Dia mengungkapkan segala upaya dilakukan pelajar dan mahasiswa untuk dapat mendapatkan akses informasi.

Berita Rekomendasi

“Mahasiswa naik puncak gunung, masuk hutan. Ada kasus mahasiswa meninggal mencari jaringan. Naik di atas masjid jatuh, kemudian meninggal,” tuturnya.

Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak kepada kesehatan.

Tetapi juga, kata dia, menyangkut kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

“Banyak sampah dan munculnya pemulung dadakan. Para nelayan sudah tidak bisa lagi melaut,” kata dia.

Belum lagi, dia melanjutkan, rencana pemerintah mendatangkan sekitar 500 tenaga kerja asing (TKA) ke Provinsi Sulawesi Tenggara.

Padahal, kata dia, tenaga kerja lokal dipulangkan, karena merebaknya Covid-19.

“Iya, jadi memang di Sultra ironi. Karyawan dirumahkan. Ada rencana pemerintah pusat mendatangkan TKA dari China. Kontroversial. Di mana karyawan tidak melaksanakan kerja justru mendatangkan dari luar (TKA,-red)” tuturnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas