Penerapan New Normal Harus Seiring dengan Kebutuhan Anak, Dokter: Pemerintah Jangan Gegabah
Dokter spesialis anak menilai, dalam penerapan tata kehidupan baru atau new normal, pemerintah dinilai harus memperhatikan aspek kebutuhan anak.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Sri Juliati
"Kalau dipaksakan pasti porak poranda, yang positif akan banyak," ungkapnya.
Menurut Ardi, waktu memulai new normal secara ideal dilakukan jika kasus penyebaran Covid-19 terkendali.
"Kalau kasus masih ada, tiap hari masih ada (tambahan), saya pribadi kalau kita disuruh gegabah untuk memulai ya belum saatnya," ujar Ardi.
"Tapi, karena new normal ini berkaitan dengan budaya baru, saya setuju sekali kalau harus di-sounding dari sekarang," imbuhnya.
Maka dari itu, Ardi menyebut pemerintah sesegera mungkin harus menyosialisasikan protokol kesehatan dalam new normal sesegera mungkin.
"Jadi berbeda kapan kita harus menyosialisasikan kepada masyarakat dengan kapan memulainya, kalau trennya masih naik saya kira nggak mungkin dilakukan," ungkap Ardi.
Ardi khawatir masyarakat salah paham dengan new normal.
"New normal itu bukan kehidupan bebas, seperti dulu, saya takutnya masyarakat menganggap new normal itu corona sudah selesai, kita kembali normal seperti dulu," ungkapnya.
Baca: Korea Selatan Kembali Perketat Pembatasan Sosial di Ibu Kota Setelah Gagal Terapkan New Normal
"Ya memang seperti dulu, tapi ada protokol kesehatan yang secara ketat dilakukan," lanjutnya.
Lebih lanjut, Ardi mengungkapkan kebiasaan itu harus melekat sampai kapan pun.
"Jadi soal sosialisasi, harus dimulai sejak awal, kan ini berkaitan dengan budaya," imbuhnya.
Protokol Kesehatan pada Anak di Masa New Normal
Ardi menyebut sejumlah protokol kesehatan harus dilakukan untuk pencegahan.
Sebab, vaksin belum ditemukan pada saat pemberlakuan new normal.