Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

LSI Denny JA: Publik Kini Lebih Cemaskan Kondisi Ekonomi Ketimbang Terpapar Covid-19

Masyarakat kini lebih khawatir pada kondisi ekonominya ketimbang terpapar virus corona

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in LSI Denny JA: Publik Kini Lebih Cemaskan Kondisi Ekonomi Ketimbang Terpapar Covid-19
Tribunnews/Herudin
Suasana aktivitas jual beli di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Jumat (12/6/2020). Menjelang new normal (kenormalan baru), Pemprov DKI Jakarta akan menerapkan aturan ganjil genap di semua pasar yang ada di ibu kota mulai Senin pekan depan, 15 Juni 2020. Semua los atau kios di pasar hanya boleh beroperasi pada tanggal ganjil atau genap sesuai nomor yang diberikan untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Tribunnews/Herudin 

Saat itu 118 ribu warga di 118 negara dinyatakan terjangkit virus dengan angka kematian mencapai 4 ribu orang.

"Apalagi disebutkan bahwa penyebaran virus Corona lebih cepat menular ketimbang dua virus serupa sebelumnya yakni SARS dan Mers. Itu menyebabkan masyarakat lebih khawatir dengan kesehatannya," kata Rully.

Ketika WHO sudah menyatakan Pandemi, negara negara di dunia kemudian mengeluarkan kebijakan mulai dari yang berat yakni karantina atau lockdown, hingga pembatasan sebagian aktivitas.

Misalnya Italia yang menerapkan Lockdown sementara Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

"Lockdown menjadi kebijakan populis, karena didukung data berkontribusi positif dalam penurunan penyebaran, selain anjuran pakar kesehatan, juga kebijakan itu menjawab pertanyaan mengenai virus itu," katanya. 

Namun, Pembatasan pembatasan tersebut membuat pertumbuhan ekonomi merosot, karena perputaran roda ekonomi menurun.

Tidak semua industri bisa melakukan pekerjaan dari rumah.

Berita Rekomendasi

Oleh karena itu kebijakan pembatasan tersebut mengakibatkan banyak orang di PHK.

"Ketika pertama masyarakat aware dengan corona, di bulan Juni ada turning point, kecemasan terhadap virus mulai turun, tapi kecemasan terhadap kondisi ekonomi meningkat," katanya.

Berdasarkan penelitian eksperimental Denny JA dan Eriyanto tehadap 240 mahasiswa UI yang ditempatkan pada 8 kelompok responden secara acak kesimpulannya mereka lebih takut pada dampak ekonomi. 

"Ketika diberikan treatmen mengenai dampak ekonomi mereka lebih takut ketimbang saat diberikan treatmen penyebaran virus terhadap kesehatan," katanya.

Penelitian eksperimental tersebut diperkuat  oleh hasil riset Voxpopuli Center.

Berdasarkan hasil riset 16 Mei sampai 1 Juni melalui sambungan telepon terhadap 1200 responden, masyarakat lebih khawatir terhadap dampak ekonomi ketimbang kesehatan. 

"Riset tersebut menemukan 67,4 persen lebih takut dampak ekonomi dibanding pandemi virus terhadap kesehatan yang hanya 25,3 persen," katanya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas