Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anggota DPR: Pola Pikir Selama Pandemi Harus Diubah

Kini semua serba baru, jaga jarak, rajin mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker dan patuhi protokol kesehatan. Dari cuek hingga muncul rasa

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Anggota DPR: Pola Pikir Selama Pandemi Harus Diubah
ISTIMEWA
Politisi PKB Marwan Jafar 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak terbayangkan sebelumnya selama masa hidup virus Covid-19 datang menyerang kehidupan umat manusia. Pola kehidupan pun berubah drastis melampaui kewajaran-kewajaran aktivitas manusia.

Semula, wajar berbelanja berdesakan, berhimpitan di KRL, kapal laut dan pesawat terbang, berbaris rapat saat beribadah di mesjid dan gereja, bercanda di tempat kerja atau sekolah-kampus-pesantren, menghibur diri di tempat wisata, nonton bola dan konser musik dan seterusnya.

Kini semua serba baru, jaga jarak, rajin mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker dan patuhi protokol kesehatan. Dari cuek hingga muncul rasa cemas dan ngeri.

Anggota Komisi VI DPR Marwan Jafar ikut menyikapi hal tersebut. Menurutnya saat ini pola pikir alias mindset harus diubah.

Baca: Masuki Era New Normal, Komisi X DPR Tagih Aturan Protokol Wisata

Kata dia jangan merasa khawatir terlalu berlebihan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan ketekunan ilmuwan pasti akan menolong umat manusia mengalahkan virus dan bakteri biang penyakit.

"Komunitas hingga jajaran pemerintah tidak perlu dihinggapi khawatir berlebihan, membiasakan disiplin perilaku kesehatan, bergotong royong saling menolong serta tetap bekerja profesional di bidang masing-masing," kata Marwan saat berbincang dengan Tribun, Rabu (17/6/2020).

Individu atau kelompok juga harus pandai-pandai memetik pelajaran dari serentetan sejarah wabah."Singkatnya, banyak juga pelajaran atau hikmah yang wajib kita petik dari pandemi dahsyat ini," kata Marwan.

BERITA TERKAIT

Politikus PKB ini pun membeberkan sejarah wabah penyakit yang pernah terjadi di muka bumi.

Misalnya, dekade 1330 wabah yang dinamai "Maut Hitam" dari Asia tengah atau timur muncul penumpang kutu yersinia pestis menginfeksi manusia yang digigit kutu.

Dari situ, menumpang armada tikus, wabah segera menyebar ke seantero Asia, Eropa, Afrika Utara dan pesisir Atlantik. Antara 75 juta - 200 juta orang mati. Lalu pada Maret 1520, muncul virus cacar (smallpox) dari Kuba yang juga cepat menyebar ke Meksiko.

Dua abad kemudian (Januari 1778), penjelajah Inggris James Cook mendarat di Hawaii. Kepulauan ini sejatinya hidup terisolasi dan Cook bersama rombongan membawa flu pertama, tubercolosis dan sipilis ke Hawaii.

Para pendatang Eropa selanjutnya menambahkan typhus dan cacar. Dari semula berpenduduk 500 ribu jiwa, pada 1853 tinggal 70 ribu orang Hawaii yang selamat.

Memasuki abad 20, epidemi terus merenggut puluhan juta jiwa manusia. Saat perang dunia I berkecamuk ribuan tentara yang dikirim dari Arkansas, Amerika dan Inggris tiba di Spanyol di Januari 1918. Di parit-parit Perancis, ribuan tentara pula mulai mati akibat serangan satu galur flu sangat ganas yang dijuluki "Flu Spanyol".

Beberapa bulan kemudian sekitar 500 juta atau sepertiga populasi global penduduk waktu itu, roboh tersebab virus. Atau kurang dari setahun, wabah itu mencabut nyawa antara 50 juta hingga 100 juta orang.

Pada abad 21 umat manusia seluruh dunia pernah dikhawatirkan karena beberapa ledakan potensial wabah baru. Misalnya, SARS pada tahun 2002 dan 2003, lalu flu burung di tahun 2005, menyusul flu babi pada tahun 2009 dan 2010 serta wabah Ebola di tahun 2014-2016.

"Dan sejak September 2019 kita harus berjuang melawan virus Corona hingga sekarang, belum tahu kapan berakhir. Jangan lupa juga, sudah sejak lama sejarah umat manusia mengalami serangan penyakit endemik-epidemi, wabah dan penyakit menular,"kata Marwan.

Terkait sejarah wabah ini, kabar baiknya berkat pencapaian kedokteran, adanya vaksinasi, antibiotik, teknologi kesehatan atau infrastruktur medis lebih baik, pada 1979 WHO mendeklarasikan virus cacar cacar telah dilenyapkan penuh."Juga epidemi Ebola yang semula tampak menggila, pada Januari 2016 dinyatakan selesai oleh WHO," tutup mantan Menteri Desa dan PDTT ini. (Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas