Salak Indonesia Kembali Eksis di Kamboja Setelah 3 Bulan Berhenti Beredar Karena Covid-19
Sekitar hampir kurang lebih tiga bulan salak Indonesia berhenti beredar karena terbatasnya maskapai penerbangan.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM - Salak Indonesia kembali eksis di Kamboja setelah sempat terhenti pengirimannya akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Sekitar hampir kurang lebih tiga bulan salak Indonesia berhenti beredar karena terbatasnya maskapai penerbangan.
Namun demikian, sejak pertengahan Juni 2020 lalu, buah yang menjadi primadona, utamanya bagi kalangan kelas menengah ke atas Kamboja ini, dapat kembali eksis.
Salak KAK Trading Co., Ltd, sebagai salah satu importir salak Indonesia di Kamboja berhasil mengirimkan lima ton salak dari Indonesia dengan menggunakan pesawat kargo khusus, pada 12 Juni 2020.
Baca: Berkunjung ke Kamboja, Turis Asing Diwajibkan Bayar Deposit Rp 42 Juta
Hari ini, Kamis (25/6/2020) rencananya akan ada pengiriman kembali Salak dengan jumlah yang sama.
“Kami sangat bersyukur dan mengharapkan agar situasi segera membaik dan pengiriman salak dari Indonesia ke Kamboja seterusnya dapat berjalan lancar,” ungkap Managing Director Salak KAK, Touch Phakdey dalam keterangannya, Kamis (25/6/2020)
Di Kamboja, buah salak Indonesia diminati bukan hanya karena rasanya yang enak dan manis serta kaya zat besi dan serat.
Buah tropis ini juga memiliki nilai tambah atau ‘added value’ karena dapat dijadikan buah tangan.
"KBRI Phnom Penh juga kerap kali menjalankan ‘diplomasi salak’ dalam berbagai kesempatan,” ujar Duta Besar RI untuk Kerajaan Kamboja, Sudirman Haseng.
Pada periode Januari hingga pertengahan Maret 2020, ekspor salak pondoh dari Indonesia ke Kamboja tercatat sejumlah 90 ton.
Sementara itu, pada tahun 2019, total salak yang dijual di Kamboja mencapai 680 ton, di mana 480 ton berasal dari Indonesia.
"Salak tersebut didistribusikan di supermarket, minimarket bahkan di pasar-pasar tradisional yang berada di Phnom Penh dan beberapa wilayah lain seperti Banteay Meanchey, Preah Vihear, Kampong Cham, Svay Rieng, Kampot, Kampong Som, Kampong Chhnang, dan Battambang," ujar Dubes RI
Selain salak, buah segar lain yang berpotensi untuk masuk pasar Kamboja antara lain adalah jeruk dan manggis.
Buah dengan kandungan vitamin yang tinggi tersebut, juga sering digunakan untuk persembahan pada upacara keagamaan di Kamboja, sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha.
Melihat potensi pasar ini, KBRI terus berupaya memperkenalkan berbagai produk potensial Indonesia yang dibutuhkan di pasar Kamboja.
Hal ini antara lain dilakukan dengan melibatkan pengusaha Indonesia atau distributor produk Indonesia di Kamboja pada berbagai kegiatan promosi perdagangan seperti pameran dagang baik, yang diselenggarakan KBRI, maupun pemerintah setempat.
"Upaya ini juga dilaksanakan bersama-sama dengan anggota Indonesia-Cambodia Business Club (ICBC), suatu wadah untuk bertukar informasi bagi komunitas bisnis Indonesia-Kamboja,” lanjut Dubes RI.