Pertama di Dunia, Kasus Infeksi Ulang Virus Corona Dilaporkan Peneliti Hong Kong
Kasus infeksi ulang virus korona pertama di dunia dikonfirmasi dalam penelitian Universitas Hong Kong.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Vaksin mungkin tidak dapat memberikan perlindungan seumur hidup terhadap Covid-19.
Pasien yang telah pulih dari virus corona juga harus disertakan dalam studi vaksin, tambah laporan itu.
Meskipun antibodi berkembang pesat setelah terinfeksi, laporan tersebut mengatakan antibodi mulai menurun dalam satu hingga dua bulan setelahnya.
"Meskipun pasien kami tidak menunjukkan gejala selama infeksi kedua, ada kemungkinan infeksi ulang pada pasien lain dapat mengakibatkan infeksi yang lebih parah," kata laporan HKU.
Gelombang ketiga infeksi virus corona di Hong Kong belum terkendali, bahkan ketika mereka melaporkan hanya sembilan kasus baru pada hari Senin (24/8/2020) kemarin.
Otoritas Kesehatan setempat pun memperingatkan, ketika para pejabat mulai mempertimbangkan untuk melonggarkan beberapa tindakan jarak sosial.
Meskipun, pihaknya mencatat jumlah infeksi harian terendah sejak 3 Juli lalu.
Baca: Bakal Dibuka, Disneyland Hong Kong Bakal Terapkan Protokol New Normal
Tambah 9 infeksi baru, penghitungan dari kasus virus corona yang dikonfirmasi naik menjadi 4.691, dengan 77 kematian terkait.
Dua dari sembilan orang yang terpapar itu merupakan imported case.
Seorang pelajar yang datang dari Swiss dan seorang pekerja rumah tangga dari Filipina.
Dari kasus-kasus lokal, pihak berwenang tidak dapat melacak empat akar kasus.
"Wabah belum sepenuhnya terkendali," kata Dr Chuang Shuk-kwan dari Pusat Perlindungan Kesehatan (CHP).
Baca: Cara Bandara di Dunia Deteksi Covid-19, Bandara Hong Kong Gunakan Mesin Kesehatan
"Meski secara keseluruhan tren menurun, ada beberapa fluktuasi harian dari jumlah kasus."
"Kami memiliki satu digit angka hari ini, tetapi kami memiliki lebih dari 10 kasus awal yang positif," tambahnya.
Chuang mengatakan, dari sudut pandang kesehatan masyarakat, relaksasi apa pun dapat meningkatkan jumlah infeksi.
Namun, pemerintah mungkin juga memiliki "pertimbangan lain" dalam memutuskan apakah akan melonggarkan beberapa tindakan.
(Tribunnews.com/Maliana)