Peneliti Temukan Tes Air Liur Dapat Deteksi Virus Corona, Disebut Sama Andalnya dengan Tes PCR
Dua penelitian baru menemukan bahwa tes air liur sama andalnya dengan tes yang memerlukan sampel dari bagian belakang hidung.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Dua penelitian baru menemukan tes untuk melacak virus dalam sampel air liur atau saliva sama andalnya dengan tes swab tenggorokan.
Penelitian tersebut tentu menjadi perkembangan yang disambut baik oleh masyarakat.
Sebab, tes swab melalui tenggorokan cenderung tidak nyaman karena penyeka yang panjang dan kaku dimasukkan ke dalam rongga hidung sehingga terasa seperti menggelitik otak.
Namun, hal itu bukan satu-satunya keuntungan, bila hasil penelitian efektif maka hampir semua orang dapat melakukan tes berbasis air liur, sehingga masyarakat tidak perlu pergi ke tempat pengujian tes Covid-19.
Ini juga meringankan waktu para tenaga medis dan mencegah mereka dari kemungkinan terkena virus.
Baca: Pemeriksaan Tes PCR di Jepang Akan Capai Sedikitnya 56.000 per Hari
Dalam sebuah studi baru, tim dari Universitas Yale mengidentifikasi 70 pasien rumah sakit dengan Covid-19 yang infeksinya telah dikonfirmasi melalui tes usap hidung dan tenggorokan (tes polymerase chain reaction/PCR).
Setiap kali petugas kesehatan melakukan tes usap , para peneliti juga meminta pasien untuk melakukan tes air liur.
Para peneliti menemukan, tes air liur melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk mendeteksi virus yang secara resmi dikenal sebagai SARS-CoV-2 ini.
Dalam lima hari pertama setelah diagnosis, 81 persen tes air liur kembali positif, dibandingkan dengan 71 persen tes usap tenggorokan.
Bahkan kesenjangan serupa tetap ada sampai hari ke-10 setelah diagnosis.
Baca: Ada yang Murah Tapi Test Rapid dan Tes PCR di Rumah Sakit Capai Rp300 Ribu, Apa Penyebabnya?
Selain itu, para peneliti mendeteksi lebih banyak salinan materi genetik virus dalam air liur pasien, daripada sampel yang diambil dari bagian belakang rongga hidung mereka.
Untuk melihat bagaimana tes menumpuk di antara orang dengan infeksi tanpa gejala, para peneliti merekrut 495 petugas kesehatan tanpa tanda-tanda Covid-19 dan memberi mereka tes air liur.
Hasilnya menunjukkan tiga belas orang yang telah di tes, positif virus corona.
Di antara 13 orang itu, 9 orang telah melakukan tes usap hidung pada hari yang sama, dan hanya dua dari tes yang hasilnya positif.
Namun, ke-13 orang dari tes air liur ini kemudian dikonfirmasi juga dengan tes usap tenggorokan.
Hasilnya pun dilaporkan di New England Journal of Medicine.
Baca: Taiwan Wajibkan Semua Wisatawan Asing Ikuti Tes PCR Tanpa Terkecuali
"Mengingat kebutuhan yang semakin meningkat untuk pengujian, temuan kami memberikan dukungan untuk spesimen air liur yang potensial dalam diagnosis infeksi SARS-CoV-2,” ujar tim Yale, dikutip dari SCMP, Selasa (1/9/2020).
Dalam studi kedua, para peneliti dari Kanada merekrut hampir 2.000 orang dengan gejala ringan Covid-19 atau yang tidak memiliki gejala tetapi berisiko tinggi terinfeksi.
"Desain penelitian dimaksudkan untuk mensimulasikan kondisi skrining massal," tulis para penulis studi itu.
Peserta mengajukan tes usap hidung dan juga mengumpulkan sampel air liur mereka sendiri.
Dari 1.939 pasangan tes, 34 kembali positif terinfeksi virus corona.
Ada juga 14 kasus di mana virus terdeteksi di sampel air liur tetapi tidak di sampel hidung dan 22 kasus kebalikannya.
Baca: Penerbangan Domestik Cukup Rapid Test, Tapi Penumpang dari Luar Negeri Wajib Tes PCR
Hasil ini dipublikasikan pada Jumat (28/8/2020) lalu di Annals of Internal Medicine.
"Meskipun tes usap hidung mendeteksi lebih banyak infeksi daripada tes air liur."
"Tes terakhir bekerja cukup baik untuk dipertimbangkan sebagai alat skrining," tulis tim dari Universitas Ottawa, Universitas Dalhousie dan Laboratorium Mikrobiologi Nasional Kanada.
"Tes air liur memberikan keuntungan potensial," ungkap para peneliti.
"Pengumpulan tes tidak memerlukan staf medis terlatih atau alat pelindung diri."
"Tes pun dapat dilakukan di luar pusat pengujian dan dapat ditoleransi dengan lebih baik dalam populasi yang lebih menantang," jelasnya.
Tim Yale juga mencatat beberapa manfaat yang sama dan menambahkan beberapa hal lainnya.
Tes air liur menghilangkan kebutuhan petugas kesehatan untuk melakukan kontak dengan orang yang mungkin terinfeksi serta mengurangi risiko penularan.
"Mampu melakukan tes tanpa petugas medis juga menghilangkan hambatan pengujian utama," tulis tim tersebut.
(Tribunnews.com/Maliana)