Sembuh dari Covid-19, Pengusaha Muda Ini Serukan agar Akses Kesehatan Masyarakat Dipermudah
Pandemi Covid-19 belum juga mereda. Malah, banyak yang hal tak terduga yang terjadi kala pandemi ini.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 belum juga mereda. Malah, banyak yang hal tak terduga yang terjadi kala pandemi ini.
Salah satunya menjadi penderita virus mematikan ini. Begitu cerita Rahmat Agustiar, pengusaha muda yang baru saja dinyatakan sembuh dari Covid-19.
"Ya, saya dinyatakan positif dan dinyatakan sembuh setelah saya menjalani perawatan 15 hari. Terbilang singkat? Dapat dikatakan iya. Namun, banyak sekali yang membukakan mata saya kala menjadi penyintas penyakit ini," kata Rahmat di Jakarta, Senin (5/10/2020).
Baca: PMI Minta Penegakan Disiplin Protokol Covid-19 Dibarengi Sanksi
Meski pandemi, Rahmat tidak bisa berdiam diri. Sebagai pengusaha, pengusaha yang juga menjadi Bendahara OK OCE ini masih terus menjalankan bisnisnya.
"Saya bertemu dengan orang orang baru, kolega bisnis, dan lain-lain. Dalam setiap agenda pertemuan yang saya hadiri, saya mengikuti protokol kesehatan, seperti memakai masker misalnya. Namun, pada ketika suatu hari tubuh saya merasa tidak enak, gejalanya seperti flu, namun saya tidak dapat mencium bau dan indra perasa saya mati rasa. Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan Swab dan PCR. Saat saya dinyatakan positif, saya mengikuti semua prosedural. Saya pikir, karena usia saya masih 26 tahun, 15 hari perawatan saya sembuh dari Covid-19, " lanjutnya.
Saat ini Rahmat sudah sehat dan beraktivitas normal. Namun, ia juga masih bertanya-tanya mengapa bisa terkena virus ini?
Menurutnya, yang paling terpenting dalam hal masa darurat kesehatan ini adalah akses masyarakat bagi mereka yang terpapar virus ini.
Baca: Epidemiolog UI : Pilkada 2020 Risiko Tinggi Penularan Covid-19 dan Sulit Patuhi Protokol Kesehatan
Rasa takut, khawatir, gelisah, terbebani akan biaya adalah rasa yang akan ditemui saat terkena Covid-19.
Masih banyak masyarakat yang takut memeriksakan jika ada gejala-gejala atau lingkungan terdekatnya terkena virus ini. Persoalan selanjutnya adalah, beban biaya yang dikenakan pada mereka. Mulai dari tes swab, PCR, hingga perawatan inap.
Ia mengingatkan agar pemerintah mempermudah akses kesehatan untuk seluruh lapisan masyarakat sehingga masyarakat mau pergi ke fasilitas kesehatan saat mereka merasakan gejala-gejala terpapar penyakit mematikan ini tanpa perlu takut memikirkan biaya yang akan timbul.
"Saya rasa dalam akses kesehatan, sudah seharusnya ada penanganan medis dengan skala pemanfaatan yang baik untuk menentukan sikap dan tindakan terhadap pasien. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu lagi takut, apalagi terbebani. Khususnya para generasi muda, millenial yang menjadi penerus bangsa ini, " tutupnya.
Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak). (*)