Epidemiolog Prediksi Herd Imunity Terbentuk 15 Bulan Jika Pasokan Vaksin Covid-19 Lancar
Windhu Purnomo mengatakan, untuk mencapai herd immunity memerlukan waktu yang cukup panjang.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah dimulai.
Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan, untuk mencapai herd immunity memerlukan waktu yang cukup panjang.
Ia mengatakan, paling cepat kekebalan komunitas akan terbentuk 15 bulan ke depan dengan catatan pasokan vaksin untuk 70 persen atau 260 juta penduduk Indonesia tersedia lancar.
"Selama herd immunity belum terbentuk mencapai 70 persen. Menkes hitunganyaa 15 bulan bahkan dengan syarat pasokan vaksin lancar tidak terhambat," kata Windhu saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (15/1/2021).
Baca juga: Kondisi Gelanggang Remaja Kecamatan Pasar Minggu di Masa Pandemi Covid-19
Windhu mengatakan, jika pasokan vaksin tidak lancar lantaran produsen vaksin di dunia masih terbatas, maka herd immunity baru terbentuk di tahun 2023 atau dua tahun ke depan.
"Kita berebut vaksin dengan negara lain, sementara pembuatan vaksin sangat kecil. Jadi 15 bulan itu prediksi optimistik, tentu bisa melesat 1,5 tahun atau 2 herd immunity baru ada," ungkapnya.
Ia mengingatkan, meski telah divaksin penerima harus displin protokol kesehatan.
Baca juga: Penambahan Pasien Positif Covid-19 di DKI Jakarta Hari Ini Tembus 3.500 Kasus
"Jadi betul-betul kalau orang sudah divaksinasi supaya melindung dirinya maka dia harus protokol kesehatan 3Mnya sampai 15 bulan ke depan untuk melindungi orang lain," ungkap Windhu.
Menurutnya, hasil efikasi vaskin Covid-19 Sinovac belum memberikan bukti bahwa vaksin tersebut mampu melindungi orang dari terinfeksi virus corona.
Baca juga: Kabar Kasus Covdi-19 Hari Ini, Pasien Sembuh Covid-19 Sebanyak 8.662
Windhu melanjutkan hasil efikasi yang diumumkan BPOM lalu, menunjukan bahwa vaksin tersebut baru mampu memberikan perlindungan agar jika terinfeksi maka sakitnya tidak menjadi parah.
"Orang yang divaksin belum ada bukti bahwa tidak bisa tertular. Sekarang antibody belum bisa mencapai mukosa hidung dan tenggorokan. Antibody (vaksin Sinova sudah melindungi paru-paru. Jadi kalau terinfeksi tidak memiliki gejala bahkan terhindar dari gejala berat artinya terlindungi dari sakit," jelas Windhu.
"Belum ada bukti sudah divaksin tidak tertular. Orang divaksin mungkin saja kemasukan virus tapi tidak membuat dia sakit," ujarnya.