Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mutasi Virus Corona B117 dan N439K, Mana yang Lebih Diwaspadai ? Ini Kata IDI

Setelah mutasi virus corona B117, PB IDI mengingatkan ada varian N439K yang disebut sebagai mutasi lebih smart smart dari virus aslinya.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Mutasi Virus Corona B117 dan N439K, Mana yang Lebih Diwaspadai ? Ini Kata IDI
Freepik
ilustrasi virus corona 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus corona yang awalnya muncul di Wuhan, Cina terus bermutasi.

Setelah mutasi virus corona B117, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengingatkan ada varian N439K yang disebut sebagai mutasi lebih smart dari virus aslinya.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengatakan varian N439K yang disebut sebagai mutasi lebih smart dari virus aslinya.

Baca juga: Setelah Disuntik Vaksin Covid-19 Dianjurkan Konsumsi Kelapa Hijau, Benarkah?

Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menerangkan, varian N439K diduga muncul dua kali secara terpisah.

Pertama kali mutasi virus corona tersebut ditemukan di Skotlandia pada awal pandemi.

Lalu, kali kedua, dengan jangkauan lebih luas di Eropa dan saat ini sudah sampai Indonesia.

Berita Rekomendasi

"N439K ini awalnya dianggap menghilang saat lockdown diberlakukan di Skotlandia. Tapi justru muncul di Rumania, Swiss, Irlandia, Jerman dan Inggris. Terus, mulai November tahun lalu, varian ini dilaporkan menyebar secara luas," katanya seperti dikutip dari akun twitternya, Sabtu (13/3/2021).

Baca juga: Pasokan Vaksin Covid-19 di Balikpapan Habis, Bagaimana Nasib Suntikan Dosis Kedua?

Guru Besar UI ini melanjutkan, sifat N439K yang paling disorot adalah resistans terhadap antibodi alias tidak mempan.

"Baik itu antibodi dari tubuh orang yang telah terinfeksi, maupun antibodi yang telah disuntikkan ke tubuh kita," kata Zubairi.

Ia menuturkan, Amerika Serikat merupakan negara yang mencoba mengantisipasi N439K ini.

Mereka mengeluarkan EUA untuk dua jenis obat antibodi monoklonal dalam pengobatan Covid-19.

"Yang jadi soal, N439K ini tidak mempan diintervensi obat itu," ucapnya.

Baca juga: Gelombang Keempat Pandemi Covid-19 di Jepang Diwarnai Mutan Baru Virus Corona

Lebih jauh ujar dia, seperti dikatakan Gyorgy Snell, Direktur Senior Biologi Struktural di Vir Biotechnology California, N439K punya banyak cara mengubah domain imunodominan untuk menghindari kekebalan (tubuh manusia) sekaligus mempertahankan kemampuannya untuk menginfeksi orang.

Namun, yang jadi catatan epidemiolog, penyebaran N439K tidak secepat B117 dan semoga ke depannya juga demikian.

"Pesan saya. Tetap jaga jarak, pakai masker dan hindari kerumunan, apalagi di dalam ruangan. Jangan bosan saling ingatkan. Pandemi belum usai," ujar Zubairi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas