Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Saat Lonjakan Kasus Corona Masih Terjadi, Stok Vaksin Covid Hanya Cukup untuk 20 Hari

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengabarkan, stok vaksin yang dimiliki pemerintah diperkirakan akan habis dalam 20 hari ke depan.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Saat Lonjakan Kasus Corona Masih Terjadi, Stok Vaksin Covid Hanya Cukup untuk 20 Hari
Tribunnews/Herudin
Vaksinator mempersiapkan vaksin Covid-19 yang akan disuntikkan kepada warga di Kampung Tangguh Jaya (KTJ) Cideng, Jakarta, Sabtu (10/4/2021). Lonjakan Kasus Coorna Masih Terjadi, Stok Vaksin Covid Hanya Cukup untuk 20 Hari Tribunnews/Herudin 

Menurutnya, sesuai regulasi yang ditentukan pihak Bio Farma, vaksin Sinovac sangat rentan terhadap perubahan suhu, dan mengharuskan penyimpanan dilakukan di tempat yang memiliki suhu dengan rentang 2 sampai 8 derajat celcius.

"Dengan fasilitas dan sistem teknologi DVMS yang dimiliki DNR Distribusi, kami berkeyakinan penuh dapat menyelesaikan dengan baik seluruh tugas yang dipercayakan dalam hal pendistribusian vaksin Sinovac di seluruh wilayah Indonesia," paparnya.

Diketahui, DNR Distribusi bagian dari DNR Corporation, yang merupakan core bisnis dari PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA).

Terpisah, Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Rahmad Handoyo mengatakan pemerintah harus memastikan ketersediaan vaksin dalam mengatasi pandemi Covid-19, meski harus dengan cara impor.

Pasalnya stok vaksin di beberapa negara di dunia juga sedang dalam kekurangan. Rahmad menegaskan agar pemerintah memprioritaskan mandiri vaksin dan tidak ketergantungan pada impor.

"Bagi parlemen sebelum kita mandiri di vaksin , kita memang mendorong agar keberadaan vaksin terutama stok harus benar-benar aman dengan mengimpor vaksin yang telah ada kesepakatan MoU dengan pemerintah serta program vaksin mandiri untuk karyawan," ujar Rahmad.

Rahmad mengapresiasi langkah pemerintah mendukung penelitian berbasis sel dendritik setelah adanya MoU antara Kemenkes, KASAD dan BPOM.

BERITA TERKAIT

Dia menilai, dengan terjalinnya kerjasama dalam pengembangan ini adalah sebagai tindak lanjut komitmen pemerintah terhadap penelitian berbasis sel dendritik.

"Perlu kita apresiasi negara memberikan fasilitasi terhadap penelitan berbasis sel dendretik ini," ujarnya.

Rahmad menuturkan, penelitan berbasis sel dendritik ini terus dikembangkan. Penggunaanya hanya diperbolehkan untuk pengobatan pribadi atau individu belum untuk massal.

Namun demikian, kata dia, jika hasil penelitiannya ini terbukti sesuai dengan sistem imunitas maka masyarakat lebih memilih dan mencari.

"Artinya ketika nantinya ini berhasil akan di serahkan sepenuhnya menjadi kebutuhan masing-masing individu dalam rangka memingkatakan imunitas tubuh. Makanya konsep penelitian yang akan dilakukan adalah basenya untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk massal," ungkapnya.

"Tapi pada akhirnya nanti akan kembali ke masyarakat bila hasilnya sangat memuaskan bila sudah selesai tentu ini akan di buru rakyat untuk membeli sendiri ketika sudah diberikan izin oleh pemerintah," kata Rahmad.

Untuk itu legislator asal Jawa Tengah menuturkan, dengan adanya MoU ini maka energi kebangsaan disatukan kembali

untuk gotong royong menyatukan langkah melawan Covid-19. Ia berharap penelitian penelitian model serupa bisa dicetuskan negara untuk melawan Covid-19 maupun penyakit lainnya.

"Tentu ini kita sambut gembira dengan adanya MoU ini tentu ini menyudahi polemik yang tidak perlu dan telah menimbulkan kontraproduktif buat mengatasi pandemi," pungkasnya.(Tribun Network/dit/rin/sen/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas