Panduan Resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tentang Isolasi Mandiri Anak yang Positif Covid-19
Ikatan Dokter Anak Indonesia menerbitkan panduan isolasi mandiri (Isoman) untuk anak-anak dan keluarga yang positif Covid-19.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Ikatan Dokter Anak Indonesia menerbitkan panduan isolasi mandiri (Isoman) untuk anak-anak dan keluarga yang positif Covid-19.
Mengkutip dari panduan resmi IDAI, ada sejumlah hal yang harus dipersiapkan dan diperhatikan selama isolasi mandiri anak.
Pertama adalah memastikan anak yang positif Covid-19 tidak memiliki gejala atau asimptomatik, atau bergejala ringan seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah, dan ruam-ruam.
Baca juga: Jika Saturasi Oksigen di Atas 95 Persen, Tidak Sesak dan Tidak Komorbid, Lebih Baik Isolasi Mandiri
Baca juga: Jalani Isolasi Mandiri di Rumah, Ingat 3 Hal Penting Ini
Kemudian, anak aktif dan bisa makan-minum. Orang tua harus menerapkan etika batuk kepada anak serta memantau gejala atau keluhan.
Lalu, orang tua juga perlu melakukan pemeriksaan suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam). Lingkungan rumah/kamar juga disarankan memiliki ventilasi yang baik.
IDAI menjelaskan, orang tua dapat tetap mengasuh anak yang positif Covid-19, dengan catatan orang tua atau pengasuh yang memiliki risiko rendah terhadap gejala berat.
Jika ada anggota keluarga yang positif, maka dapat diisolasi bersama.
Namun, saat orang tua dan anak berbeda status gejala Covid-19, disarankan beri jarak tidur 2 meter, di kasur terpisah.
Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan psikologis pada anak.
Protokol Kesehatan yang Direkomendasikan
Pertama, anak tetap di rumah, menggunakan masker, menjaga jarak, rajin cuci tangan, dan menerapkan etika batuk.
Orang tua harus memeriksa suhu tubuh anak di pagi dan sore hari, saturasi oksigen dan frekuensi nadi.
Pantau laju napas, dan berikan bayi ASI dan anak dengan makanan bergizi.