Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PPKM Darurat Jadi Momentum Tepat Hilirisasi Inovasi Teknologi Alat Kesehatan Untuk Masyarakat

Pemerintah saat ini menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang berlaku sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
zoom-in PPKM Darurat Jadi Momentum Tepat Hilirisasi Inovasi Teknologi Alat Kesehatan Untuk Masyarakat
Capture Zoom/Fitri
Kepala BPPT Hammam Riza. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah saat ini menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang berlaku sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021.

Langkah ini sengaja dilakukan untuk menekan laju penularan virus coron.

Dalam upaya strategis untuk menekan lonjakan kasus positif, tentunya diperlukan peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam pengembangan teknologi alat kesehatan (alkes).

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menganggap penerapan kebijakan PPKM Darurat merupakan momentum yang tepat untuk membangkitkan semangat para peneliti dan perekayasa untuk melakukan hilirisasi inovasi teknologi kepada masyarakat.

Karena dalam kondisi pandemi seperti saat ini, masyarakat merupakan pihak yang akan menggunakan inovasi tersebut.

"PPKM Darurat yang diberlakukan pemerintah seharusnya menjadi wake up call bagi para penyelenggara IPTEK untuk kembali menghilirisasikan inovasi teknologi karya anak bangsa kepada masyarakat," kata Hammam, dalam keterangan resminya, Sabtu (10/7/2021).

Baca juga: Fraksi PKS Tolak Komersialisasi Vaksin Covid-19

Berita Rekomendasi

Hal ini, kata dia, bisa mulai diimplementasikan melalui pemanfaatan teknologi ventilator darurat yang telah diserap Industri.

"Sebut saja ventilator produksi PT LEN, PT Dharma dan PT Poly Jaya yang ketiganya menggunakan hasil rekayasa desain BPPT," jelas Hammam.

Selain itu, ada pula karya inovasi dari perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gajah Mada (UGM).

Menurutnya, inovasi hasil karya anak bangsa ini dapat membantu untuk mengatasi masalah kelangkaan oksigen yang saat ini tengah dihadapi pemerintah di tengah lonjakak kasus positif pada gelombang kedua pandemi ini.

Baca juga: BREAKING NEWS, Kimia Farma Tunda Layanan Vaksin COVID-19 Berbayar

"Produk siap edar tersebut seharusnya bisa menjadi oase dalam menghadapi masalah kelangkaan oksigen di tanah air," ucap Hammam.

Hammam menambahkan, selain inovasi berupa ventilator, pihaknya juga mengembangkan rapid diagnostic test berbasis lateral flow assay.

"Rapid diagnostic test ini mampu melakukan deteksi dini virus Covid-19 dalam jangka waktu relatif cepat dibanding produk sejenis lainnya, yaitu hanya dalam waktu 15 menit," kata Hammam.

Melalui kehadiran Rapid diagnostic test berbasis lateral flow assay ini, ia berharap dapat mampu menjawab penetapan diagnosis dalam jangka waktu lebih cepat dan akurat.

Baca juga: PROJO: Hentikan Dagang Vaksin Covid-19

"Alat tes cepat antigen seperti ini sangatlah dibutuhkan di tengah melonjaknya kasus Covid-19 gelombang kedua saat ini," papar Hammam.

Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT itu, kemampuan produksi rapid test antigen perusahaan lokal saat ini telah mencapai 6,4 juta per bulan, melebihi perkiraan kebutuhan sebesar 4,38 juta hingga 4,56 juta per bulan.

"Salah satu produk yang akan menjadi unggulan yaitu produk inovasi BPPT yang akan diproduksi oleh mitra industri," kata Hammam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas