Risiko Tinggi Tertular Varian Delta, CDC AS Minta Ibu Hamil untuk Divaksinasi
Direktur CDC Amerika Serikat (AS) Rochelle Walensky menyatakan semua ibu hamil dan menyusui harus mendapatkan vaksinasi virus corona (Covid-19).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MARYLAND - Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) Rochelle Walensky menekankan dalam pernyataan resminya pada Rabu kemarin bahwa semua ibu hamil dan menyusui harus mendapatkan vaksinasi virus corona (Covid-19).
"Karena kita menghadapi varian Delta yang sangat menular. Ini terjadi saat AS melihat 'jumlah yang parah untuk pasien Covid-19 yang ternyata tengah hamil namun tidak atau belum divaksinasi," kata Walensky.
Baca juga: Cara Cek Destinasi Wisata Rawan Virus Corona, CDC Baru Saja Tambahkan 16 Destinasi Ini
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui Dimulai, Menteri PPPA Imbau agar Tak Ragu Vaksin
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (12/8/2021), dalam rekomendasi terbaru, bukti tentang keamanan dan efektivitas vaksinasi selama kehamilan telah berkembang.
Data ini menunjukkan bahwa manfaat menerima vaksinasi jauh lebih besar dibandingkan risiko yang diketahui atau potensial terjadi selama kehamilan.
CDC menekankan, pada saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan masalah kesuburan pada perempuan.
Saat AS terus mendorong warganya yang belum divaksinasi untuk mendapatkan vaksin mereka, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS hampir mengumumkan persetujuan terkait vaksin tambahan (booster) untuk warga Amerika yang mengalami gangguan kekebalan (immunocompromised).
Angka penderita mmunicompromised di AS mencapai sekitar 2,7 persen dari populasi orang dewasa negara itu.
Sedangkan ibu hamil diketahui merupakan kelompok yang rentan mengalami immunicompromised selama masa kehamilan.
"FDA sedang memantau data secara cermat terkait penelitian yang memberikan dosis booster resmi kepada individu dengan gangguan kekebalan. Kami bersama dengan CDC, sedang mengevaluasi opsi potensial tentang masalah ini, dan akan berbagi informasi dalam waktu dekat," kata FDA, Rabu kemarin.