Moeldoko Dukung Pengembangan Alat Tes Antigen Buatan Lokal
Beberapa pihak swasta di Indonesia kini bersiap memulai produksi alat tes antigen di dalam negeri secara masal.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa pihak swasta di Indonesia kini bersiap memulai produksi alat tes antigen di dalam negeri secara masal.
Ini artinya, ke depannya masyarakat akan semakin gampang mengakses tes antigen dengan harga yang lebih murah.
Karenanya, pemerintah terus mendukung segala inovasi dan upaya yang dilakukan pihak swasta.
Termasuk yang dilakukan PT Taishan Alkes Indonesia di Kalideres, Jakarta Barat.
“Produksi alat tes antigen ini bisa dikembangkan untuk yang berikutnya ke alat PCR. Kita harus optimis sehingga nantinya sustainable, dengan ada marketnya yang jelas," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam kunjungannya, Jumat (27/8/2021).
Baca juga: Moeldoko Pastikan Pemerintah Hadir untuk Kelompok Rentan di Masa Pandemi
Moeldoko menambahkan, pemerintah akan sangat terbuka terhadap usulan dan ide positif untuk penanganan pandemi Covid-19.
“KSP adalah sebuah lembaga yang bisa menjembatani, ikut menyuarakan ke Kementerian Kesehatan dan unsur-unsur yang lain untuk mendukung alat kesehatan produksi lokal ini,” kata Moeldoko.
Dengan alat tes swab antigen yang diproduksi perusahaan lokal ini, Moeldoko berharap akan terus terjadi peningkatan testing dan tracing untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Sejauh ini, Indonesia masih mengimpor alat pendeteksi Covid-19 termasuk PCR (polymerase chain reaction) dan Rapid Test Antigen.
Kementerian Kesehatan pun telah menetapkan batasan biaya rapid test tertinggi sebesar Rp 250 ribu untuk Pulau Jawa dan Rp 275 ribu untuk di luar Pulau Jawa.
Pemerintah menyebut standar biaya ini telah melalui pertimbangan yang matang sesuai dengan berbagai komponen dan bisnisnya.
Serangkaian proses yang dimulai dari pengambilan sampel, proses pengolahan sampel hingga pengelolaan limbah medis, juga menjadi faktor pertimbangan harga rapid test.
Namun, bagi sebagian besar orang, rapid test masih cukup mahal. Hal inilah yang membuat jumlah testing harian di Indonesia masih sangat terbatas.
Menurut Moeldoko, produksi alat antigen lokal akan memberikan harga yang terjangkau dan bersaing. Tak hanya itu, produksi alat antigen dalam negeri juga akan menyerap banyak anak-anak bangsa sebagai tenaga kerja.
“Kita harus optimis sehingga nantinya sustainable dengan ada marketnya yang jelas. Pemerintah seharusnya dapat ambil bagian menghidupkan usaha ini dengan ikut membeli alat tes antigen produksi lokal,” imbuh Moeldoko.