Ilmuwan Internasional Sebut Masyarakat Umum Tidak Perlu Disuntik Vaksin Booster Covid-19
Ilmuwan internasional mengatakan masyarakat umum tidak perlu vaksinasi booster Covid-19, dosis vaksin sebaiknya untuk yang belum menerima vaksin.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Pemerintah telah menawarkan vaksinasi booster kepada banyak orang Amerika, dan akan memulai suntikan minggu depan.
Baca juga: Kemenkes Genjot Vaksinasi Covid-19 di Provinsi yang Capaiannya Masih di Bawah 20 Persen
Pemerintah kini tengah menunggu persetujuan dari regulator kesehatan setempat.
Rencananya Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) akan bertemu dengan sebuah panel ahli pada 17 September untuk membahas dosis booster, yaitu vaksin Pfizer.
Ketidaksetaraan Distribusi Vaksin
Beberapa negara telah mulai menawarkan dosis booster karena kekhawatiran tentang varian Delta yang jauh lebih menular.
Hal itu menyebabkan WHO menyerukan moratorium suntikan ketiga di tengah kekhawatiran tentang pasokan vaksin ke negara-negara miskin, di mana jutaan orang belum menerima suntikan pertama mereka.
"Pasokan vaksin saat ini dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa jika digunakan pada populasi yang sebelumnya tidak divaksinasi," tulis para penulis.
Baca juga: Percepat Herd Immunity, Evalube Gelar Vaksinasi 2 Dosis untuk Dewasa dan Lansia
Negara-negara seperti Prancis telah mulai mendistribusikan vaksin booster kepada orang tua dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Sementara Israel telah melangkah lebih jauh, menawarkan anak-anak berusia 12 tahun ke atas untuk vaksinasi booster, lima bulan setelah menerima suntikan kedua.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah meminta negara-negara untuk menghindari memberikan dosis booster hingga akhir tahun.
Badan kesehatan PBB itu mendesak semua negara untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi mereka pada akhir bulan ini, dan setidaknya 40 persen pada akhir tahun ini.
Artikel Lancet menyimpulkan bahwa varian Covid-19 saat ini belum cukup berkembang, dan respon imun yang diberikan oleh vaksin masih dapat menghindarinya.
Para penulis berpendapat bahwa jika mutasi virus baru muncul yang mampu menghindari respons ini, akan lebih baik untuk memberikan penguat vaksin yang dimodifikasi secara khusus yang ditujukan untuk varian yang lebih baru, daripada dosis ketiga dari vaksin yang ada.
Baca artikel lain seputar Virus Corona
(Tribunnews.com/Rica Agustina)