Hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Menyiapkan Makanan di Masa Pandemi Covid-19
Berikut hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan makanan selama pembatasan atau karantina Covid-19.
Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Beberapa negara menerapkan karantina mandiri atau pembatasan untuk mengurangi kasus Covid-19.
Masyarakat yang sehat maupun memiliki gejala penyakit pada pernapasan harus tetap di rumah apabila tidak ada hal mendesak yang mengharuskan keluar rumah.
Banyak restoran pun menerapkan sistem take away untuk mengurangi kerumunan.
Masa karantina membuat masyarakat membutuhkan banyak nutrisi pada tiap makanan yang dikonsumsi.
Hal ini bertujuan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Bantu Jaga Imun, Ini Makanan yang Wajib Dikonsumsi saat Umur 20an
Namun, pembatasan yang diterapkan membuat masyarakat tidak sepenuhnya mendapat nutrisi yang cukup.
Hal ini justru membuat makanan olahan menjadi lebih meningkat untuk dikonsumsi.
Makanan olahan tersebut biasanya mengandung lemak, gula, dan garam yang lebih tinggi.
Untuk tetap dapat menjaga kesehatan, masyarakat harus tetap bergerak aktif di rumah.
Untuk mendukung masyarakat agar tetap makan sehat, Who telah merangkum hal penting yang harus diperhatikan selama karantina, dikutip dari web resmi www.euro.who.int:
Rencanakan hal penting yang benar-benar dibutuhkan
WHO telah mengamati wilayah Eropa dengan kasus pembelian yang dinilai berlebihan pada masyarakat.
Panic buying yang dilakukan masyarakat menimbulkan dampak negatif.
Hal ini berakibat pada kenaikan harga pangan, konsumsi makanan yang berlebihan, dan distribusi produk yang tidak merata.
Oleh karena itu, masyarakat harus dapat memprioritaskan kebutuhan yang lebih penting atau mendesak.
Selain itu juga harus mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Masyarakat pasti memiliki rencana untuk membeli kebutuhan dalam jumlah yang besar.
Namun, masyarakat diimbau untuk tetap memperhatikan kebutuhan dan cadangan makanan yang sudah dimiliki.
Dengan cara ini, masyarakat tetap hemat dan orang lain tetap mendapatkan makanan yang dibutuhkan.
Bersikap strategis untuk menggunakan bahan dan menggunakan produk yang segar
Masyarakat harus menggunakan bahan segar dan mengutamakan bahan yang tidak bertahan lama.
Prioritaskan bahan konsumsi seperti buah, sayuran, dan produk yang mengandung susu rendah lemak.
Namun, buah dan sayuran beku dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Bahan konsumsi tersebut dinilai memiliki nutrisi yang mirip dengan bahan konsumsi segar.
Untuk menghindari sisa makanan, masyarakat dapat membekukan sisa makanan lainnya.
Siapkan makanan rumahan
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sering tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makanan rumahan.
Masyarakat dapat mencoba untuk membuat makanan dari resep sehat yang bisa diakses di internet.
Namun, masyarakat harus tetap memperhatikan dan menggunakan bahan makanan sehat yang digunakan untuk memasak.
Menggunakan layanan food delivery (pesan makanan melalui aplikasi)
Memesan makanan siap saji melalui aplikasi menjadi salah satu alternatif lain.
Hal ini dapat dijadikan sebagai variasi selain membuat makanan.
Selain itu, memesan makanan melalui aplikasi dapat membantu proses pembatasan dan mengurangi aktivitasi di luar rumah.
Perhatikan ukuran porsi makanan
Sebagian masyarakat merasa kesulitan untuk memperhitungkan porsi makanan.
Biasanya, masyarakat cenderung memasak dalam jumlah porsi yang banyak.
Salah satu alternatifnya adalah masyarakat dapat mencari panduan diet atau panduan lain yang berkaitan.
Masyarakat harus mengingat bahwa porsi orang dewasa dengan anak-anak tentu berbeda.
Memperhatikan kebersihan dan keamanan makanan
Keamanan dalam makanan dapat mempengaruhi ketahanan suatu makanan.
Masyarakat harus selalu menjaga kebersihan makanan agar tidak terkontaminasi virus.
Tips menjaga kebersihan dan keamanan makanan:
1. Menjaga kebersihan mulai dari tangan, dapur, hingga peralatan masak yang digunakan;
2. Memisahkan makanan mentah dengan yang matang, termasuk daging mentah dan bahan makanan segar lainnya;
3. Masak makanan hingga benar-benar matang;
4. Simpan makanan pada suhu aman di bawah 5 derajat Celcius atau di atas 60 derajat Celcius;
5. Menggunakan air bersih dan bahan makanan yang aman.
Dengan langkah-langkah tersebut, makanan dapat terjaga dengan aman dan terhindar dari bakteri pembawa penyakit.
Membatasi penggunaan garam
Ketersediaan makanan segar yang terbatas membuat masyarakat memilih alternatif makanan kaleng, makanan beku, atau olahan.
Makanan tersebut justru mengandung kadar garam yang tinggi.
WHO merekomendasikan untuk mengonsumsi garam kurang dari 5 gram per hari.
Hal ini dapat dilakukan dengan pengurangan atau tanpa tambahan garam.
Mencuci makan kaleng seperti sayuran dan kacang-kacangan dapat menjadi pertimbangan.
Hal tersebut dapat mengurangi kandungan garam.
Perlu diketahui, acar juga mengandung kadar garam yang tinggi.
Di banyak negara, 50-75% asupan garam berasal dari makanan yang dimakan oleh masyarakat, bukan yang ditambahkan.
Sebaiknya masyarakat tidak menambahkan garam lagi pada makanan yang dikonsumsi.
Hal ini dikarenakan makanan yang dikonsumsi kemungkinan sudah mengandung banyak garam.
Masyarakat dapat menambahkan bumbu atau rempah segar lainnya untuk menambah rasa.
Membatasi penggunaan gula
Tidak hanya garam, penggunaan gula pada makanan juga harus dibatasi.
WHO merekomendasikan bahwa idealnya kurang dari 5% dari total asupan energi bagi orang dewasa harus berasal dari gula yang ditambahkan pada makanan.
Gula tersebut dengan takaran sekitar 6 sendok teh.
Buah menjadi prioritas untuk menikmati makanan yang manis.
Dapat mengonsumsi buah beku atau kaleng seperti buah dalam jus (bukan sirup).
Selain itu juga dengan buah tanpa tambahan gula.
Apabila mengonsumsi makanan penutup atau dessert, pastikan makanan tersebut rendah gula dan dengan porsi kecil.
Masyarakat juga harus berhati-hati dengan pilihan menu rendah lemak.
Hal terebut dikarenakan makanan dengan rendah lemak sering kali mengandung banyak gula tambahan.
Batasi juga penambahan gula pada minuman.
Membatasi asupan lemak
WHO merekomendasikan pembatasan asupan lemak total hingga kurang dari 30% dari total asupan energi.
Hal ini menunjukkan tidak lebih dari 10% harus berasal dari lemak jahat.
Masyarakat disarankan untuk memilih metode memasak yang membutuhkan sedikit atau tanpa lemak.
Beberapa metode yang dapat menjadi pilihan di antaranya dengan mengukus, memanggang, atau menumis.
Hindari menggoreng makanan yang justru mengandung banyak lemak jahat.
Dapat juga dengan menggunakan minyak tak jenuh seperti minyak lobak, minyak zaitun, atau minyak dari bunga matahari.
Pilih juga makanan yang mengandung sumber lemak tak jenuh yang sehat.
Masyarakat dapat menggunakan ikan dan kacang-kacangan.
Untuk membatasi lemak jahat, potong lemak berlebih dari daging atau unggas dan pilih bagian tanpa kulit.
Kurangi makanan dari daging merah dan berlemak serta mentega dan produk susu yang mengandung banyak lemak.
Selain itu juga mengurangi penggunaan minyak kelapa sawit, minyak kelapa, mentega atau margarin padat, dan yang mengandung lemak babi.
Hindari juga lemak trans sebanyak mungkin.
Masyarakat dapat mengecek pada label nutrisi untuk memastikan minyak terhidrogenasi yang sebagian tidak tercampur dalam bahan.
Jika tidak terdapat label makanan, masyarakat dapat menghindari makanan yang mengandung lemak trans.
Beberapa contoh makanan etrsebut di antaranya makanan olahan dan gorengan, donat, dan makanan yang dipanggang.
Makanan yang dipanggang contohnya seperti biskuit, kulit pai, pizza beku, kue kering, kerupuk, margarin dengan lemak terhidrogenasi parsial.
Mengonsumsi cukup serat
Serat dalam makanan membantu sistem pencernaan menjadi sehat dan membuat perut terasa kenyang dalam jangka waktu panjang.
Hal ini membuat masyarakat mencegah untuk makan berlebihan.
Sayuran, buah, kacang-kacangan, dan makanan yang mengandung gandung memiliki kandungan serat yang cukup.
Makanan yang mengandung tepung seperti oat, pasta coklat dan nasi, quinoa, serta roti gandum utuh juga dapat menjadi alternatif.
Cukup cairan
Cairan yang cukup sangat peting bagi kesehatan.
Air rebusan dinilai lebih baik dibandingkan dengan air kemasan.
Air rebusan juga dinilai bebas limbah.
Minum air putih sebagai penganti minuman manis menjadi cara untuk mengurangi gula dan kalori berlebih.
Masyarakat juga dapat membuat infused water dengan campuran buah sesuai selera.
Hindari minum kopi, teh, atau minuman kafein dan minuman energi.
Minuman tersebut menyebabkan dehidrasi dan mengakibatkan pola tidur menjadi buruk.
Menghindari atau mengurangi konsumsi alkohol
Alkohol membuat orang yang mengonsumsi menjadi ketergantungan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Hal ini dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk terhindar dari penyakit menular, termasuk Covid-19.
Sebagai zat psikoaktif, alkohol juga mempengaruhi kondisi mental dan rentan terhadap penyakit.
Mengonsumsi alkohol diketahui meningkatkan gejala depresi, kecemasan, ketakutan, hingga kepanikan.
Jangan mengonsumsi alkohol bersamaan dengan obat pereda nyeri karena mengganggu fungsi hati hingga gagal hati.
Jangan mengonsumsi alkohol sebagai tindakan pencegahan atau pengobatan Covid-19.
Menikmati makanan bersama keluarga
Pembatasan membuat masyarakat menjadi lebih dekat dengan keluarga.
Masyarakat juga menjadi lebih berbagi makanan bersama keluarga.
Hal ini membuat masyarakat lebih dapat mengonsumsi makanan sehat.
Selain itu, anak-anak juga memiliki peran untuk menyiapkan makanan sehat sekaligus belajar mengenal bahan makanan.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.