Fakta-fakta Omicron, Varian Baru Covid-19 yang Ditemukan di Afrika Selatan
Varian baru Covid-19 yang disebut B.1.1.529 atau Omicron pertama kali muncul di Afrika Selatan. Berikut sederet faktanya.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
Diagnostik PCR SARS-CoV-2 saat ini terus mendeteksi varian ini.
Beberapa laboratorium telah menunjukkan bahwa untuk satu tes PCR yang banyak digunakan, salah satu dari tiga gen target tidak terdeteksi (disebut dropout gen S atau kegagalan target gen S) dan oleh karena itu tes ini dapat digunakan sebagai penanda untuk varian ini, menunggu konfirmasi sekuensing.
Dengan menggunakan pendekatan ini, varian ini telah terdeteksi pada tingkat yang lebih cepat daripada lonjakan infeksi sebelumnya, menunjukkan bahwa varian ini mungkin memiliki keunggulan pertumbuhan.
3. Tes PCR Efektif Deteksi Infeksi
Tes PCR yang banyak digunakan terus mendeteksi infeksi, termasuk infeksi dengan Omicron, seperti yang telah kita lihat dengan varian lain juga.
Studi sedang berlangsung untuk menentukan apakah ada dampak pada jenis tes lain, termasuk tes deteksi antigen.
Baca juga: Sudah Deteksi Lima Kasus Omicron, Australia Batalkan Pembukaan Perbatasan Internasional
Baca juga: Hadapi Varian Omicron, Menteri Kesehatan Negara G7 Gelar Pertemuan Darurat
4. Memiliki Gejala Ringan
Dikutip dari Independent, seorang dokter di Afrika Selatan, salah satu orang pertama yang mencurigai munculnya jenis virus yang berbeda, meyakinkan bahwa Omicron memiliki ringan.
Dr Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, mengatakan dia melihat tujuh pasien di kliniknya yang memiliki gejala yang berbeda dari varian Delta.
Dia menambahkan bahwa pasien mengalami nyeri otot ringan, tenggorokan gatal dan batuk kering.
Dr Coetzee dia memberi tahu pejabat kesehatan tentang gambaran klinis yang berbeda dengan Delta.
"Kami telah melihat banyak pasien Delta selama gelombang ketiga. Dan ini tidak sama dengan gambaran klinis. Sebagian besar dari mereka melihat gejala yang sangat ringan dan sejauh ini tidak ada pasien yang dirawat bahkan operasi," katanya.
Dr Cotezee menyoroti bahwa mereka dapat merawat pasien secara konservatif di rumah.
5. Menyebar Cepat Secara Global