Pakar Epidemiologi Sebut PPKM Harus Tetap Ada Sampai Status Pandemi Covid-19 Dicabut
Ahli Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo menyebut Indonesia telah memiliki modal menghadapi Covid-19.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo menyebut Indonesia telah memiliki modal menghadapi Covid-19.
Dibandingkan tahun lalu, Windhu mengatakan masyarakat Indonesia telah mempunyai imunitas yang berbeda.
Selain itu, menurut Windhu pemerintah juga telah memiliki modal lain yaitu instrumen penilaian situasi.
"Yang sudah di dalam 6 indikator berdasarkan pada acuan WHO. Ditambah cakupan vaksinasi dan assessment situasi. Itu senjata. Ketiga adalah aplikasi Peduli Lindungi," kata Windhu dalam diskusi virtual, Senin (14/2/2022).
Assessment situasi kata Windhu dapat digunakan sebagai dasar untuk melihat situasi pandemi Covid-19 terkini baik di tingkat daerah maupun provinsi.
Kemudian, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menurutnya harus selalu ada.
Baca juga: Berharap Cakupan Vaksin Covid-19 Hingga 100 Persen, Dapat Geser Status Pandemi Menjadi Endemi
PPKM menurut dia menjadi dasar dari leveling assessment situasi.
"Jadi terus ada. Kalau ada sebuah daerah mampu terus mempertahankan posisi terus di level satu, karena kasus konfirmasi rendah, rawat inap rendah, kematian rendah, positivity rate rendah, treacing bagus, BOR rendah, vaksinasi bagus ya level satu," katanya.
Kebijakan sesuai level menurut Windhu sebagai reward bagi masyarakat.
Baca juga: Update: Angka Keterisian RS Covid-19 Secara Nasional Naik Jadi 31 Persen
Namun, dalam penerapannya harus lebih hati-hati khususnya di daerah aglomerasi.
"Jadi PPKM saja sampai pandemi selesai. Selain itu kebijakan mengikuti status epidemolog dan kapasitas respons dari daerah itu," katanya.