Pakar Epidemiologi Ingatkan untuk Tidak Terlalu Cepat Klaim Puncak Kasus Covid-19
Prediksi puncak gelombang ketiga nasional, ditentukan oleh masa puncak dari wilayah per daerah yang berkontribusi paling banyak dalam temuan kasus pos
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prediksi puncak gelombang ketiga nasional, ditentukan oleh masa puncak dari wilayah per daerah yang berkontribusi paling banyak dalam temuan kasus positif Covid-19.
Hal ini diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Misalnya, pada gelombang sebelumnya yang didominasi varian Delta, DKI Jakarta menjadi daerah penyumbang terbesar. Saat ini, kemungkinan cenderung masih DKI Jakarta.
Namun ternyata hal ini belumlah pasti. Puncak belum pasti selesai. Karena cenderung setiap daerah memiliki puncaknya masing-masing.
Baca juga: Jokowi Bertemu Delegasi Bank Dunia di Istana Merdeka, Bahas Penanganan Covid-19 Hingga Isu Kawasan
"Bahkan pada antarkota bisa berbeda. Walau jeda gak jauh. Tapi ini menjadi penting karena harus dimitigasi lonjakan. Dalam artian beban di fasilitas kesehatan, maupun potensi kematian," ungkap Dicky pada Tribunnews, Rabu (16/2/2022).
Ia pun mengingatkan respon ketika nasional sudah melihat puncak, daerah jangan sampai mengendorkan protokol kesehatan dalam pencegahan. Begitu pun dalam program percepatan vaksinasi Covid-19.
"Bahkan daerah bisa jadi berkontribusi banyak. Karena belum matang. Tingkat kematangan kurva masing-masing daerah bisa berbeda. Ini harus dipantau," kata Dicky lagi.
Baca juga: Airlangga: Episentrum Covid-19 Bisa Bergeser ke Luar Jawa Dalam 2-3 Pekan
Dan untuk memastikan puncak gelombang kasus lewat, tidak bisa hanya satu dua hari saja. Untuk memprediksi hal tersebut, butuh waktu setidaknya satu mingguan.
"Untuk memastikannya. Ini harus kita pahami dan sadari. Bicara puncak bukan berarti selesai. Lewat dipuncak ada masalah lain harus disiapkan. Terutama kasus hunian rumah sakit atau pun kematian terjadi setelah masa puncak," papar Dicky lagi.
Di sisi lain, bicara gelombang dari Covid-19, Omicron bukan varian terakhir. Gelombang tiga juga bukan yang terakhir. Jika abai, varian yang lebih hebat bisa saja muncul.
"Cenderung gelombang akan ke daerah yang cakupan vaksinasi rendah. Seperti itu. Jadi daerah harus mengejar cakupan vaksinasinya agar gelombang makin kecil," pungkasnya.