Taruna Ikrar: Uji Klinis Vaksin Dendritic Indonesia Telah Rampung
Taruna Ikrar memastikan vaksin nusantara yang menggunakan metode sistem dendritic sel sudah rampung menjalani uji klinis tahap ketiga.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Konsil Kedokteran (KKI) Prof Taruna Ikrar memastikan vaksin nusantara yang menggunakan metode sistem dendritic sel sudah rampung menjalani uji klinis tahap ketiga.
Diketahui vaksin nusantara dengan metode sistem dendritic sel tersebut dirintis Taruna Ikrar bersama mantan Menteri Kesehatan Prof Dr Terawan Agus Putranto dan periset lainnya.
"Uji klinis Fase akhir (tahap ketiga) (vaksin dendritic sel sudah selesai) dengan efektivitas 96,8 persen," kata Prof Taruna Ikrar dalam keterangan yang diterima, Minggu (4/9/2022).
Saat ini hasil penelitian sel denditrik tersebut telah dipublikasikan di dalam jurnal internasional dengan judul 'A personal Covid-19 Dendritic Cell Vaccine Made at Point of Care: Feasibility, Safety, and Antigen Specific Cellular Immune Responses'.
Atas hal tersebut, tim peneliti pun bersyukur.
Baca juga: Sebaran 2.764 Kasus Covid-19 Indonesia 4 September 2022: DKI Jakarta Tertinggi, Disusul Jawa Barat
Adapun publikasi vaksin nusantara ini terindeks di Scopus dengan Impact Factors yang sangat tinggi dengan skor 8,34.
Scopus sendiri merupakan pangkalan data pustaka yang mengandung abstrak dan sitiran artikel jurnal akademik.
Scopus mengandung kurang lebih 22.000 judul dari 5.000 penerbit, 20.000 di antaranya merupakan jurnal tertelaah di bidang sains, teknik, kedokteran, dan ilmu sosial.
"I bring this technology from Aivita Biomedical USA for Indonesia (Saya membawa teknologi ini dari Avita Biomedical USA untuk Indonesia). Ini membuktikan bahwa (vaksin nusantara) it's very great projects," katanya.
Guru Besar Farmakologi, Universitas Malahayati Lampung, dan Member of American College of Clinical Pharmacology di Amerika Serikat ini menjelaskan metode dendritic cells yang dikembangkannya memiliki perbedaan dengan varian kandidat vaksin Covid-19 lainnya.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Bikin Tren Perawatan Wajah Meningkat, Klinik Kecantikan Kian Diminati
Prinsipnya dalam metode ini antibody dikembangkan di luar tubuh penderita selama 6 hari.
Kemudian, setelah dendritic selnya berkembang, akan disuntikan lagi kepada penderita.
Diketahui, dalam konferensi persnya dalam sebuah webinar 2.5 tahun yang lalu tepatnya pada 2020, saat awal Covid-19 menjadi pandemi , Taruna Ikrar mengatakan bila dirinya akan berusaha membawa metode dendritic cells ke Indonesia.
Dengan begitu, Indonesia diharapkan bisa memiliki vaksin sendiri dan tidak tergantung dengan negara lain atau perusahaan internasional farmasi.
"Dengan demikian harga vaksin bisa terjangkau bahkan gratis sehingga dapat mendorong untuk eradikasi Covid-19 di Indonesia," kata jebolan dokter Universitas Hasanuddin ini. (*)