Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Penduduk Shanghai dan Beijing Mulai Kembali ke Kantor

Kereta bawah tanah di Beijing dan Shanghai penuh sesak, sementara beberapa pemandangan lalu lintas utama di kedua kota itu macet dengan mobil-mobil

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Penduduk Shanghai dan Beijing Mulai Kembali ke Kantor
AFP/STR
Ilustrasi warga China. Para pekerja di Beijing dan Shanghai yang mengenakan masker memadati kereta bawah tanah pada hari ini, Senin (26/12/2022), saat kedua kota terbesar di China itu berupaya hidup berdampingan dengan Covid-19. (Photo by AFP) / China OUT 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Para pekerja di Beijing dan Shanghai yang mengenakan masker memadati kereta bawah tanah pada hari ini, Senin (26/12/2022), saat kedua kota terbesar di China itu berupaya hidup berdampingan dengan Covid-19.

Setelah China menerapkan kebijakan nol-Covid yang ketat, Presiden negara itu Xi Jinping membatalkan kebijakan tersebut setelah menghadapi protes yang meluas.

Melansir dari Reuters, pakar kesehatan dan penduduk Negeri Tirai Bambu khawatir bahwa data yang diterbitkan pemerintah China, yang tidak menunjukkan laporan kematian baru akibat Covid-19 selama enam hari hingga Minggu (25/12/2022), tidak menunjukkan jumlah kematian yang sebenarnya akibat virus tersebut.

Baca juga: Amerika Serikat Tawarkan Vaksin Covid-19 ke China untuk Mencegah Penyebaran Virus Corona

Sementara pegawai medis di China dilaporkan kewalahan dalam menghadapi penyebaran virus corona.

Kereta bawah tanah di Beijing dan Shanghai penuh sesak, sementara beberapa pemandangan lalu lintas utama di kedua kota itu macet dengan mobil-mobil yang bergerak lambat pada hari ini saat penduduk berangkat kerja.

"Saya siap hidup dengan pandemi. Lockdown bukan solusi jangka panjang," kata seorang warga Shanghai bernama Lin Zixin, 25 tahun.

Tahun ini, dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus agar terkendali di seluruh negeri, 25 juta orang di Shanghai menjalani isolasi pahit selama dua bulan di bawah penguncian atau lockdown ketat yang berlangsung hingga 1 Juni.

Berita Rekomendasi

Jalanan Shanghai yang ramai hari ini sangat kontras dengan suasana jalanan saat April dan Mei, ketika hampir tidak ada orang yang terlihat di luar.

Pasar Natal tahunan yang diadakan di Bund, area komersial di Shanghai, sangat populer di kalangan penduduk kota selama akhir pekan kemarin.

Baca juga: Covid-19 Mengganas di China, Ada Setengah Juta Kasus Covid-19 dalam Sehari

Banyak orang memadati perayaan musim dingin di Shanghai Disneyland dan Beijing's Universal Studios pada Minggu.

Jumlah perjalanan ke tempat-tempat wisata di kota Guangzhou akhir pekan ini diperkirakan meningkat 132 persen dari akhir pekan lalu, menurut laporan surat kabar China The 21st Century Business Herald.

"Sekarang pada dasarnya semua orang telah kembali ke rutinitas normal.Suasana tegang telah berlalu," kata seorang warga Beijing berusia 29 tahun bermarga Han.

China adalah negara besar terakhir yang memperlakukan Covid-19 sebagai endemik. Langkah-langkah penahanan penyebaran virus corona di negara itu telah memperlambat ekonominya sebesar 17 triliun dolar AS, menuju ke tingkat pertumbuhan terendah dalam hampir setengah abad, dan mengganggu rantai pasokan serta perdagangan global.

Ekonomi terbesar kedua di dunia itu diperkirakan akan semakin menderita dalam jangka pendek, karena gelombang Covid-19 yang menyebar ke area manufaktur dan tenaga kerja jatuh sakit, sebelum akhirnya dapat bangkit kembali tahun depan, kata para analis.

Baca juga: Komisi Kesehatan China Hentikan Pengumuman Angka Harian Kasus Covid-19

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas