Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Penduduk Shanghai dan Beijing Mulai Kembali ke Kantor
Kereta bawah tanah di Beijing dan Shanghai penuh sesak, sementara beberapa pemandangan lalu lintas utama di kedua kota itu macet dengan mobil-mobil
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Lonjakan Kasus Covid-19 di China
Negara terpadat di dunia itu telah mempersempit definisinya untuk mengklasifikasikan kematian terkait Covid-19, dengan hanya menghitung kematian yang melibatkan pneumonia atau kegagalan pernapasan yang disebabkan Covid-19, yang membuat para pakar kesehatan dunia heran.
Tenaga medis di China berada di bawah tekanan yang sangat besar, dengan staf diminta untuk bekerja sementara pekerja medis yang sakit dan pensiunan di daerah pedesaan dipekerjakan kembali untuk membantu mengatasi lonjakan Covid-19, menurut laporan media pemerintah China.
Pemerintah provinsi Zhejiang, provinsi industri besar di dekat Shanghai dengan populasi 65,4 juta, mengatakan pada Minggu bahwa pihaknya sedang berjuang melawan sekitar satu juta infeksi harian Covid-19 baru, jumlah yang diperkirakan akan berlipat ganda di hari-hari mendatang.
Sedangkan otoritas kesehatan di provinsi Jiangxi mengatakan infeksi akan mencapai puncaknya pada awal Januari. Otoritas kesehatan di provinsi itu menambahkan, kemungkinan akan ada rekor lain saat orang-orang bepergian pada bulan depan untuk perayaan Tahun Baru Imlek, menurut laporan media pemerintah.
Kota Qingdao, di provinsi Shandong, memperkirakan sekitar 530.000 penduduk dapat terinfeksi Covid-19 setiap hari.
Baca juga: Efek Pelonggaran Nol-Covid, Pemesanan Tiket Kereta Api di China Melonjak 220 Persen
Kota-kota di seluruh China berlomba untuk menambah unit perawatan intensif dan klinik demam, fasilitas yang dirancang untuk mencegah penyebaran penyakit menular yang lebih luas di rumah sakit.
Pemerintah kota Beijing mengatakan jumlah klinik demam di kota itu meningkat dari 94 menjadi hampir 1.300 klinik. Sedangkan Shanghai memiliki sekitar 2.600 klinik semacam itu.
Sementara ada kekhawatiran yang tumbuh mengenai kemampuan kota-kota kecil di China untuk mengatasi lonjakan Covid-19, terutama karena ratusan juta orang diperkirakan akan kembali ke kampung halaman mereka untuk Tahun Baru Imlek.
"Saya khawatir arus orang akan sangat besar... (dan) epidemi akan menyebar lagi," ungkap Lin Zixin.