Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hitung-hitungan Presiden Jokowi Cari Cara Atasi Pandemi Covid-19, Semedi 3 Hari Cegah Kerusuhan

Presiden Jokowi memilih untuk tidak melakukan lockdown usai bermeditasi selama tiga hari itu.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Hitung-hitungan Presiden Jokowi Cari Cara Atasi Pandemi Covid-19, Semedi 3 Hari Cegah Kerusuhan
Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka rapat koordnasi nasional (Rakornas) Transisi Penanganan Covid-19 dan Pemuliham Ekonomi Nasional (PC-PEN) 2023 di Gedung AA Maramis, Jakarta, Kamis, (26/1/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, sempat bermeditasi selama tiga hari berturut-turut sebelum mengambil kebijakan pada saat Pandemi Covid-19 melanda.

Sebab, kata Jokowi, beragam desakan untuk menerapkan sistem lockdown saat pandemi Covid-19 membuatnya sulit mengambil keputusan.

Pasalnya, selama dia menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Jokowi mengaku belum memiliki pengalaman untuk menghadapi situasi pandemi Covid-19 yang terjadi bahkan di seluruh dunia.

"Saya semedi tiga hari, memutuskan lockdown atau tidak. Karena tak punya pengalaman semuanya mengenai itu," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Transisi Penanganan Covid-19 di Kantor Kementerian Keuangan, dikutip Jumat (27/1/2023).

Baca juga: Jokowi: Jika Pemerintah Terapkan Lockdown, Rakyat Pasti Rusuh dan Negara Tak Bisa Kasih Bantuan

Kemudian, Presiden Jokowi memilih untuk tidak melakukan lockdown usai bermeditasi selama tiga hari itu. Sebab kata dia, penatapan lockdown dinilai mampu menimbulkan kerusuhan terhadap masyarakat.

Artinya, perekonomian masyarakat bakal terasa sulit lantaran akses mencari nafkah sangat minim bahkan tidak ada celah.

Berita Rekomendasi

"Saat itu, misalnya kita putuskan lockdown hitungan saya dalam dua atau tiga minggu, rakyat tak memiliki peluang kecil mencari nafkah, semua ditutup," tegas Presiden Jokowi.

"Negara tak bisa memberi bantuan kepada rakyat. Apa yang terjadi? Rakyat pasti rusuh," sambungnya.

Lakukan Pembatasan Sosial

Akhirnya, Jokowi pun mengambil sikap untuk tidak melakukan lockdown saat awal pandemi. Padahal di saat yang bersamaan, banyak kalangan mendesak agar pemerintah melakukan lockdown.

"Pada saat lockdown, rapat menteri 80 persen lockdown. Karena semua negara itu. Enggak ada DPR, partai, semuanya lockdown," tuturnya.

Menurutnya, atensi dari beragam kalangan itu justru membuatnya hati-hati dalam mengambil keputusan.

"Tekanan-tekanan seperti itu pada saat alami krisis dan kita tak jernih dan kita tergesa, sangat bisa keliru," papar Jokowi.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas