Departemen Energi AS: Covid-19 Kemungkinan Besar Berasal dari Kebocoran Lab di Wuhan
Departemen Energi AS menyebut Covid-19 kemungkinan besar bocor dari laboratorium di Wuhan, tapi bukan sengaja dibuat untuk program senjata.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Covid-19 kemungkinan besar bocor dari laboratorium di Wuhan, menurut Departemen Energi AS.
Dalam sebuah laporan yang dilihat oleh Wall Street Journal, Departemen Energi AS mengatakan virus corona itu tidak direkayasa sebagai bagian dari program senjata.
Laporan yang diperbarui itu diberikan kepada Gedung Putih dan anggota Kongres.
Sebelumnya, belum diketahui secara jelas bagaimana Covid-19 muncul.
Sama seperti Departemen Energi AS, pada tahun 2021, FBI juga percaya bahwa kebocoran laboratorium adalah sumber virus yang paling mungkin.
Namun departemen tersebut menambahkan bahwa keputusan ini dibuat dengan tingkat "kepercayaan rendah".
Baca juga: Dubes AS untuk China Desak Beijing Lebih Jujur Soal Asal-usul Covid-19
Sedangkan FBI mencapai kesimpulannya dengan tingkat "kepercayaan sedang".
Empat agensi AS lainnya masih mengatakan virus itu kemungkinan hasil dari penularan alami.
Sedangkan dua agensi lainnya, termausk CIA, masih belum memutuskan secara resmi.
Laporan tersebut disusun dengan informasi intelijen baru, studi lebih lanjut literatur akademik dan konsultasi dengan para ahli di luar pemerintah, menurut Wall Street Journal.
Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, mengatakan masih ada "berbagai pandangan" tentang masalah ini.
Dia mengatakan kepada CNN pada hari Minggu (26/2/2023) bahwa Presiden AS Joe Biden telah berulang kali meminta komunitas intelijen untuk mencoba mencari tahu sebanyak mungkin tentang bagaimana pandemi dimulai.
"Presiden Biden secara khusus meminta agar laboratorium nasional, yang merupakan bagian dari Departemen Energi, dimasukkan ke dalam penilaian ini karena dia ingin menggunakan setiap alat untuk mengetahui apa yang terjadi di sini," kata Sullivan.
Di seluruh dunia, ada teori yang saling bertentangan tentang apakah virus itu muncul secara alami atau bocor dari Institut Virologi Wuhan.
Baca juga: Update Covid-19 Global 28 Februari 2023: Jumlah Kasus 678,8 Juta, Total Kematian 6,7 Juta
Pernyataan resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menurut sebuah laporan yang dirilis pada tahun 2021 adalah bahwa sangat tidak mungkin virus tersebut berasal dari laboratorium Wuhan.
Tetapi WHO tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan itu.
Dikatakan penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa virus itu berasal dari kelelawar yang hinggap ke hewan perantara dan kemudian melompat ke manusia.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berpendapat bahwa semua kemungkinan hipotesis tentang asal usul virus tetap ada.
Ia juga telah meminta Beijing untuk mengizinkan penyelidikan lebih lanjut.
China sebelumnya menuduh AS mempolitisasi penyelidikan dan "mengkambinghitamkan" negara tersebut atas pandemi Covid-19.
WHO disebut "menutupi" penyelidikan
Mengutip Telegraph, di antara sejumlah pihak yang mengaitkan pandemi dengan kebocoran dari laboratorium China adalah Sir Richard Dearlove, mantan kepala badan intelijen MI6 Inggris.
Dalam wawancara tahun 2020 dengan The Telegraph, Sir Richard Dearlove mengatakan telah melihat laporan ilmiah oleh tim Inggris-Norwegia yang menunjukkan bahwa virus itu buatan manusia.
Tim tersebut menyebut dalam sebuah jurnal bahwa penyelidikan tentang asal-usul virus corona diam-diam disimpan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Penyelidikan awal oleh WHO pada tahun 2021 menyimpulkan bahwa Covid-19 muncul dari peristiwa limpahan hewan.
Tetapi kemudian terungkap penyelidik dipaksa menyebut kebocoran dari laboratorium tidak memungkinan, demi menghindari pertengkaran dengan China.
WHO menegaskan masih berusaha untuk menentukan asal muasal pandemi.
Di AS, asal-usul pandemi telah dipolitisasi dengan banyak Republikan, termasuk mantan presiden Donald Trump, yang bersikeras bahwa kesalahan ada pada China.
Temuan terbaru ini akan meningkatkan tekanan pada pemerintahan Biden untuk mengambil garis yang lebih kuat dengan China.
Pada bulan Januari, Presiden Joe Biden menyuarakan keprihatinan bahwa Beijing tidak melaporkan kematian akibat virus corona.
Hal ini dibantah oleh kementerian luar negeri China, yang bersikeras bahwa epidemi dapat dikendalikan.
Mereka menambahkan bahwa pihaknya telah bekerja sama sepenuhnya dengan WHO.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.