Junico BP Siahaan : " Jangan Sampai Sekolah Hanya Jadi Pabrik Pengangguran"
Menurut Anggota Komisi X DPR Junico BP Siahaan, sekolah rusak dan tidak layak karena pemerintah tidak fokus dalam mengumpulkan data sekolah rusak.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menurut Anggota Komisi X DPR Junico BP Siahaan , banyaknya sekolah rusak dan tidak layak karena pemerintah tidak fokus dalam mengumpulkan data-data dan memperbaiki sekolah rusak dan tidak layak yang ada di seluruh Indonesia.
“Dibentuknya Panja Sarpras Dikdasmen Komisi X DPR karena masih banyak sekolah yang tidak layak dan pemberian bantuannya tidak tepat sasaran. Pemerintah harusnya mengumpulkan data sekolah mana saja yang tidak layak agar tahun 2017 tidak ada lagi kita mendengar sekolah rusak,”ujarnya disela-sela RDPU dengan FSIG dan IG di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (28/11/2016).
Lebih lanjut, kata Junico, hal itu memang menjadi perhatian Komisi IX, ke depan pihaknya akan menanyakan masih banyaknya kondisi sekolah yang rusak kepada Kementerian terkait.
“Ini yang harus kami tanyakan dalam pertemuan dengan Kementerian, kita harus tahu salahnya dimana apakah dinas pendidikan di daerah yang tidak melaporkan atau memang dinas sudah melaporkan tapi tidak tersampaikan dengan baik dalam sistem di Kemendibud,” katanya.
Politisi F-PDI Perjuangan itu juga mengatakan terkait niat pemerintah yang ingin meningkatkan sekolah vokasi hingga 70 persen, seharusnya dibarengi dengan fasilitas yang memadai, mulai dari lab hingga peralatan yang mengikuti zaman.
“Kalau mau 70 persen sekolah vokasi, maka konsekuensinya harus menyiapkan juga lab untuk mereka praktek, jangan hanya mengandalkan teori dan magang. Bagaimana bisa menghasilkan lulusan yang siap kerja,” ungkapnya.
Kalau hanya membangun sekolah saja tapi tidak ada fasilitas sama saja bohong, akan berakibat lulusannya tidak berkualitas nanti.
"Jangan sampai sekolah hanya menjadi pabrik pengangguran berikutnya,” tambahnya.
Dalam kesempatan ini Junico memberikan apresiasi kepada IGI yang mempunyai mental membangun pendidikan Indonesia tanpa menunggu bantuan dari pemerintah.
"Saya tadi melihat teman-teman tidak dibayai pemerintah tetapi tetap gotong-royong berpikir kreatif dalam membangun pendidikan di Indonesia. Sulit saya menemui orang-orang seperi ini, sehinga saya mengapresisi IGI secara langsung,” terangnya.
Dirinya yakin kalau negeri ini memiliki guru yang punya 'mental kuat ‘ meskipun tidak ada dana tetap berpikir kreatif membimbing dan meningkatkan kapasitas pribadi untuk membangun pendidikan, maka pendidikan akan lebih baik.
“Kita perlu IGI untuk menularkan ini lebih cepat. Kita perlu mendorong dan mendukung agar gerakan TOT (Training Of Trainer) merebak lebih luas bahkan hingga pelosok agar guru kompetensi mengajarnya bisa menyenangkan buat murid dan meningkatkan pendidikan di Indonesia,” pungkasnya. (Pemberitaan DPR RI).