Komisi VII Apresiasi Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali Sebagai Karya Anak Bangsa
Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto mengapresiasi Kebun Raya "Eka Karya" Bali merupakan karya anak bangsa yang dibangun sejak 15 Juli tahun 1959.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto menilai Kebun Raya "Eka Karya" yang berada di bawah pengelolaan LIPI sudah sangat baik dan layak, sebagaimana fungsi dan tugasnya yakni memadukan penelitian botani, pelestarian tumbuhan, pendidikan, dan rekreasi. Tak hanya itu, Sugeng turut mengapresiasi Kebun Raya "Eka Karya" Bali merupakan karya anak bangsa yang dibangun sejak 15 Juli tahun 1959, dengan luas kawasan 157,5 hektar.
Sugeng mengungkapkan hal tersebut usai memimpin pertemuan Tim Kunspek Komisi VII DPR RI dengan dengan Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik BRIN Agus Haryono, Kepala Kebun Raya Bali Didit Okta Pribadi di Kabupaten Tabanan, Bali, Kamis (9/9/2021).
Saat ini keberadaan KR bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Di samping menjalankan fungsi edukasi, pendidikan, penelitian, riset dan juga sebagai fungsi konservasi penyelematan berbagai tumbuhan yang ada maupun yang terancam punah.
“Sebagaimana kita tahu, Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas terbesar di dunia. Mengingat pentingnya biodiversitas bagi kehidupan manusia, maka setiap unsurnya menjadi aset jangka panjang yang perlu terus menerus dipelajari, dikaji, diteliti dan dilestarikan,” kata politisi Fraksi Partai NasDem itu.
Sugeng mengatakan, dari kunjungan ini, pihaknya menemukan sejumlah inspirasi yang nantinya akan dibahas bersama Komisi VII.
“Saya menginginkan agar nantinya kebun raya bisa menjadi gerakan nasional di masing-masing kabupaten kota. Yang diharapkan bisa dibangun di lahan-lahan kritis, lahan yang yang tidak dipergunakan agar lahan tersebut bisa menjadi lahan yang berguna untuk pusat pendidikan, pusat rekreasi dan juga yang sangat penting menjadi pusat konservasi,” harap Sugeng.
Di samping pembangunan kebun raya yang berada di kawasan hutan, ke depannya Komisi VII DPR RI akan mendorong pembangunan tersebut berada di area lahan kritis, sehingga turut berguna sebagai reboisasi dan penyelematan lingkungan.
Selain melakukan pertemuan, Tim Kunspek Komisi VII DPR juga melihat secara langsung sejumlah konservasi tumbuhan yang ada di kawasan kebun raya, seperti taman anggrek, taman kaktus, serta taman begonia.
Sugeng melanjutkan, dengan banyaknya sumber hayati yang diteliti, baik dari segi manfaatnya untuk pangan maupun obat-obatan, diharapkan ke depannya Indonesia benar-benar mandiri dalam memenuhi bahan baku obat, sehingga tidak lagi harus impor. “Dimana saat ini 92 persen bahan baku obat harus impor,” tandas politisi dapil Jawa Tengah VIII tersebut.
“Pada dasarnya Indonesia memiliki sumber hayati yang sangat luar biasa banyak yang bisa di manfaatin, maka dari itu saya meminta kepada BRIN serta Kementerian Perindustrian agar bisa hilirisasi, dari riset inovasi bisa menghasilkan sebuah produk industri. Dari hasil penelitian sudah ada, seharusnya menjadi produk-produk yang berguna bagi masyarakat tidak hanya sebagai pajangan di perpustakaan,” harap Sugeng.
Pada tempat yang sama, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik BRIN Agus Haryono menginginkan dengan kedatangan Komisi VII DPR RI ke Kebun Raya Eka Karya Bali, diharapkan bisa mensosialisasikan kepada masyarakat terkait perbedaan antara kebun raya, hutan raya dan hutan kota.
“Dimana, masyarakat saat ini belum bisa membedakan fungsi dari kebun raya, hutan raya, dan hutan kota, padahal kebun raya adalah tempat untuk konservasi tanaman-tanaman yang spesifik di ekosistem. Diharapkan Komisi VII bisa menjembatani dan mensosialisasikan kepada masayarkat terkait hal tersebut,” harap Agus.
Tidak hanya itu, ia pun meminta dukungan terhadap program-program yang saat ini sedang berjalan terkait perkebunrayaan dari sumber daya alam yang bekerja sebagai peneliti, analis perkebunrayaan serta infrastruktur. Dan juga anggaran 2022 agar tetap ada.(*)