Sistem zonasi Untuk Tempat Tinggal Dinilai Baik, Jemaah Haji Rasakan Tinggal di Kampung Sendiri
Pertama sejak penyambutan di hotel ini kami sudah merasa di kampong sebab ada lagu anging mamiri. Lalu di hotel ini
Penulis: Husein Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Husain Sanusi Dari Makkah
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH – Seorang jemaah haji asal Sulawesi Selatan, Kasmiah Rahman, merasakan seperti tinggal di kampung sendiri dengan sistem zonasi yang diterapkan pemerintah Indonesia pada musim haji tahun ini.
“Pertama sejak penyambutan di hotel ini kami sudah merasa di kampong sebab ada lagu anging mamiri. Lalu di hotel ini semuanya isinya orang Sulawesi Selatan, kami seperti bertemu saudara sendiri dan berada di kampong,” kata Kasmiah di Hotel Tayeb, Syisyah, Kamis (25/7/2019).
Penerapan sistem zonasi untuk tempat tinggal jemaah haji di Arab Saudi yang baru dilakukan tahun ini memang dianggap berjalan dengan baik.
“Perjalanan operasional haji boleh dibilang lancar baik setelah kami melakukan kunjungan ke sektor-sektor baik ke Madinah maupun ke Mekkah,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Nizar Ali .
Ia mengatakan, respon dari sebagian besar jemaah haji Indonesia terkait inovasi yang dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019 sangat positif.
Selain itu berbagai hambatan dan persoalan yang kerap dijumpai selama penyelenggaraan haji dapat diantisipasi dengan lebih baik terutama setelah diberlakukannya sistem zonasi.
“Hambatan-hambatan soal yang selama ini terjadi misalkan soal jamaah kehilangan uang kemudian jamaah tersasar, semua bisa kita antisipasi terutama yang jamaah tersasar ini langsung bisa kita antisipasi dengan sangat baik karena kita menerapkan sistem zonasi dan nyatanya bisa berjalan dengan sangat baik,” katanya.
Sistem zonasi kata dia menjadi kunci bagi terlaksananya komunikasi, konsolidasi, dan koordinasi yang baik pada level internal jamaah maupun jamaah dengan petugas, ataupun petugas dengan petugas lainnya sehingga bisa ada sinergitas yang baik dalam mengawal sistem.
“Jamaah rata-rata sangat gembira dengan sistem ini karena mereka menganggap bahwa sistem ini jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, yang masing-masing embarkasi terpecah-pecah tahun ini dijadikan satu sehingga memudahkan mereka silaturahmi dengan tetangganya atau tetangga dalam kabupaten di luar kloternya dan itu respon yang selama ini kami terima dari para jamaah,” katanya.